Selasa, 30 September 2025

WNI Disandera Abu Sayyaf

Bersama Tim Surya Paloh, Sandera Abu Sayyaf Berhasil Dibebaskan

tim kemanusiaan Surya Paloh terdiri dari misi gabungan Yayasan Sukma, Media Group, dan Partai NasDem.

Editor: Johnson Simanjuntak
Tribunnews.com/Amriyono Prakoso
Pesawat Victory News mengangkut 10 WNI yang dibebaskan Abu Sayyaf di Filipina. Mereka diterbangkan dari Balikpapan menuju Lanud Halimperdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/5/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai NasDem kembali menunjukkan kontribusi kongkritnya bagi eksistensi Indonesia di mata internasional.

Kali ini, kontribusi diberikan dalam proses pembebasan sepuluh sandera yang ditawan militan Abu Sayyaf di Filipina sejak 23 Maret lalu.

Dalam pernyataannya, Ketua Fraksi Partai NasDem Viktor Laiskodat yang terlibat langsung dalam proses pembebasan menyatakan, tim kemanusiaan Surya Paloh telah mengupayakan pembebasan itu sejak 23 April lalu.

 “Kami bekerja dengan Tim Kemanusiaan Surya Paloh dan seluruh komponen yang terlibat,” ungkap anggota Komisi I DPR RI ini.

Dijelaskan lebih lanjut, tim kemanusiaan Surya Paloh terdiri dari misi gabungan Yayasan Sukma, Media Group, dan Partai NasDem.

Yayasan Sukma adalah lembaga kemanusiaan di bidang pendidikan, yang didirikan Februari 2005 atau sekitar dua bulan setelah tragedi tsunami Aceh.

Yayasan tersebut fokus di bidang pendidikan.

Dalam perkembangannya, yayasan ini terlibat berbagai kerja sama pendidikan, termasuk dengan pesantren-pesantren di Moro Selatan, Filipina.

Atas jaringan itulah, Yayasan Sukma bersama Tim Kemanusiaan Surya Paloh menjalankan misi pembebasan sepuluh sandera Abu Sayyaf.

Dalam proses itu, Yayasan Sukma diwakili Ahmad Baedowi dan Dr. Samsu Rizal Panggabean. Sementara Media Grup diwaikili CEO Rerie L. Moerdijat, dan Partai NasDem sendiri diwakili oleh Viktor Bungtilu Laiskodat.

“Proses pembebasan ini murni dilakukan melalui negosiasi. Jadi, tidak ada uang tebusan yang diminta Abu Sayyaf sebanyak 50 juta peso itu,” kata Viktor.

Proses negosiasi sendiri berjalan lancar.

Menurut Viktor, hal ini bisa terjadi lantaran jaringan yang dimiliki Yayasan Sukma.

Negosiasi dilakukan dengan pendekatan pendidikan, di mana Yayasan Sukma mengorganisir jaringan-jaringan kerja sama di wilayah pemerintahan otonom Moro Selatan.

Dalam hal ini, para tokoh masyarakat setempat, LSM dan lembaga kemanusiaan daerah Sulu, turut memberi akses terhadap kelompok Abu Sayyaf.

Para sandera sendiri dibebaskan dalam keadaan sehat, meski mereka cukup lemah dan kelelahan.

Cukup beralasan, mengingat selama ditawan sebulan lebih, mereka hanya mendapat makan sehari sekali.

Mereka juga tak diberi akses air bersih, sehingga hanya bisa mandi dan membersihkan diri saat hujan turun.

Meskipun begitu, para sandera merasa sangat bersyukur karena mereka masih bisa bebas dalam keadaan selamat, dan bertemu kembali dengan keluarga dan orang-orang dekat.

Penyataan serupa, tak urung disampaikan keluarga sandera, salah satunya, Charlos Barahama, ayahanda kapten kapal brahma 12 yang disandera Abu Sayyaf.

“Terima kasih kepada pemerintah dengan segala upayanya. Tak lupa terima kasih juga kepada Surya Paloh, yang berperan besar dalam pembebasan sandera ini,” ungkap Charlos.

Terkait keterlibatan Surya Paloh, Viktor  menegaskan bahwa kontribusi pembebasan sandera itu bukan yang pertama dilakukan Surya Paloh.

Pada 2005, dua orang jurnalis MetroTV pernah disandera waktu bertugas di Irak.

Saat itu, Surya Paloh bahkan turun langsung dalam proses pembebasan sandera.

“Apresiasi tinggi kepada pak Surya Paloh. Beliau paham betul situasi ini, nuraninya terpanggil untuk membebaskan seluruh sandera,” kata Viktor.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved