Pengejaran Pentolan Teroris dan Kelompoknya di Poso Seperti Main Petak Umpet
"Sudah diketahui dari satu bulan lalu, hanya ini kan seperti main petak Umpet di lahan yang luas,"

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polri mengklaim sejak sebulan lalu sudah mengetahui tempat Santoso dan anggotanya bersembunyi di pegunungan Poso.
Kini penangkapan terhadap Santoso Cs tinggal menunggu waktu dan masih terkendala dengan medan yang cukup luas.
"Sudah diketahui dari satu bulan lalu, hanya ini kan seperti main petak Umpet di lahan yang luas," ucap Kepala Operasi Satgas Tinombala, Kombes Pol Leo Bona Lubis, Kamis (31/3/2016).
Menurut Leo, ada beberapa strategi yang diterapkan Satgas Tinombala untuk membekuk Santoso yakni dengan menutup jalur logistik hingga melakukan pendekatan di jalur-jalur tikus.
"Mereka main petak Umpet, sembunyi diam. Makanya kami pakai pola sekat. Artinya kita ikuti mainannya untuk tangkap menunggu Santoso sampai keluar," tegasnya.
Leo menambahkan sistem pendekatan yang dilakukan pihaknya berhasil dengan adanya beberapa anak buah Santoso yang ditembak mati.
Dimana beberapa anak buah Santoso itu keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari makanan.
Pasalnya seluruh jalur logistik mereka sudah ditutup pasukan Tinombala.
"Ada beberapa anak buahnya yang tidak kuat sembunyi, terus kelaparan lalu mencari makan dan kami tangkap," ucapnya.
Upayakan penangkapan secepatnya
Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti terus berupaya menangkap kelompok teroris pimpinan Santoso yang bersembunyi di hutan Poso.

Tribun Jabar/Teuku M Guci Syaifudin - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, di Jalan Soekarno-Hatta, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (18/3/2016).
"Ini kan (penangkapan Santoso) terus kami upayakan untuk bisa tertangkap. Kalau bisa lebih cepat lebih baik. Justru operasi kami giatkan terus untuk itu," kata Kapolri Jenderal Polisi Badrodin, Haiti, Senin (28/3/2016).
Hal tersebut diungkapkan Badrodin usai peluncuran buku mantan Kapolri Jenderal Pur Awaloedin Djamin di STIK-PTIK Jakarta Selatan.
Kapolri pun tidak menampik bila masih ada warga negara asing dari suku Uifhur, Xinjiang, Tiongko yang masih bergabung dengan kelompok teroris Poso.
"Saat ini menurut data masih ada suku Uighur yang ada bersama Santoso. Mereka gabung dengan Santoso, ya ikut angkat senjata juga," tambahnya.
Terpisah, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi menjelaskan saat ini tersisa ada dua warga suku Uighur ProvinsiXinjiang, Tiongkok yang menjadi pengikut Santoso.
"Dari enam warga Uighur yang ikut bersama Santoso, kami pastikan tinggal dua orang yang tersisa," tegas Rudy.
Rudy membeberkan dua warga Uighur lainnya yang bergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu yang dipastikan tewas yakni Farouk alias Magalasi dan Nuretin alias Abdul.
Kemudian satu orang lainnya, kata dia, yakni pria yang ditemukan membusuk dengan kepala bagian atas berlubang dan di bagian pinggang ada bekas luka tembak dan kaki luka robek.
Jenazah ditemukan di pinggir sungai Desa Torire Desa Lelo, Poso.
Jasad dengan tinggi badan 180 cm ditemukan menggunakan jam tangan merek Casio.
Lalu suku Uighur lainnya yakni Joko alias Turang Ismail yang tewas bersama tiger alias Anto yang berasal dari bima.
Mereka tewas pascakontak senjata dengan aparat gabungan TNI dan Polri, Selasa 22 Maret 2016.(*)