Amerika Tak Ingin Kembalikan Hambali ke Indonesia
Luhut mengatakan Pemerintah Indonesia menolak jika Hambali dikembalikan ke Tanah Air.
Tribunnews.com, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi adanya isu Terpidana Bom Bali tahun 2002, Hambali akan dikembalikan ke Indonesia. Menurut Luhut, pihak Amerika Serikat tidak ada keinginan untuk mengembalikan Hambali yang mendekam di tahanan Guantanamo ke Indonesia.
"Kebetulan Amerika Serikat tidak ingin kembalikan (Hambali) ke Indonesia," ujar Luhut saat mengundang awak media di kantornya, Jakarta, Jumat (11/3).
Luhut mengatakan Pemerintah Indonesia menolak jika Hambali dikembalikan ke Tanah Air.
Menurutnya, itu akan membawa masalah baru bagi Indonesia. "Kalau komunikasi kami mengenai Hambali ini jelas, kami ingin supaya kita jangan menambah masalah dalam negeri," ucap Luhut.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama mengatakan akan menutup penjara Guantanamo, di Kuba pada 23 Februari lalu. Diketahui, penjara Guantanamo dikenal sebagai tempat penahanan kasus kejahatan luar biasa dan para ekstremis Islam yang disebut AS sebagai teroris. Penjara ini dinilai sangat menakutkan bagi narapidana.
Hambali ditahan di penjara ini bersama dua warga Malaysia, Mohd Farik Amin alias Zubair (41) dan Muhammad Nazir Lep alias Lillie (39).? Hambali ditangkap pada 2006 di Thailand oleh aparat gabungan AS bersama otoritas keamanan setempat.
Hambali alias Encep Nurzaman hingga kini masih mendekam di penjara Guantanamo. Menurut warta AP dua tahun lalu, Hambali ada di antara 164 nama dalam daftar tahanan kategori teroris internasional.
AS berpendapat kalau Hambali adalah tahanan berisiko dan bernilai tinggi. Ia dianggap punya hubungan dekat dengan para petinggi Al Qaeda. Hambali terbilang dituding sebagai penanggung jawab serangkaian serangan bom mematikan di Asia Tenggara, termasuk bom Bali pada 12 Oktober 2002. Insiden itu menewaskan sedikitnya 200 orang.
Pentagon sempat merilis daftar nama tahanan itu ke publik pada Januari 2010. Dari jumlah tersebut, penghuni terbanyak di bui superketat itu berasal dari Yaman. Jumlahnya mencapai 88 orang. Di peringkat berikutnya adalah para teroris dari Afganistan. Mereka berjumlah 17 orang.
Lalu, ada 12 teroris asal Arab Saudi. Masing-masing lima teroris dari Aljazair dan Pakistan.
Pada 2003, Hambali adalah salah satu orang paling diburu di Asia. Dianggap sebagai penghubung utama kelompok Jamaah Islamiyah Asia Tenggara dengan Alqaeda pimpinan Osama bin Laden, Hambali disebut-sebut sebagai satu-satunya orang di Asia Tenggara yang mendapatkan tempat di puncak elite Alqaeda.
Penangkapan dia dianggap sebagai kudeta oleh pemerintah Bush saat itu dan kalangan pemerintah Asia Tenggara khawatir bakal memicu Jamaah Islamiyah melancarkan serangan balas dendam di seluruh penjuru kawasan.
CIA telah memberikan gambaran yang tidak akurat mengenai penangkapan Hambali dalam 18 dokumen yang dikirimkan kepada para pembuat kebijakan dan Departemen Kehakiman antara 2003 dan 2009, tulis laporan Senat yang disusun Komite Intelijen Senat tersebut.
"Satu kajian terhadap kabel-kabel operasional CIA dan catatan-catatan lainnya menyimpulkan bahwa informasi yang dikumpulkan dari KSM (Mohammed) selama dan setelah penggunan teknik interograsi diperkuat (brutal) CIA tak berperan dalam penangkapan Hambali," tulis laporan itu.
Sebelum Mohammed memberikan informasi mengenai Khan selama interogasi, CIA sudah menyusun petunjuk-petunjuk yang akhirnya membawa CIA dan Thai kepada Hambali.
Beberapa petunjuk berasal dari email-email termonitor antara Alqaeda dan Khan, yang kemudian ditangkap di Pakistan. Dia memberi rincian tautan Alqaeda ke Asia Tenggara kepada para penyelidik Pakistan, yang akhirnya mengantarkan kepada Hambali, tulis laporan Senat AS itu.