Ledakan Bom di Sarinah
Kutuk Keras Aksi Teror, LPSK Fokus Tangani Korban
Ledakan bom dan aksi kekerasan menggunakan senjata api yang dilakukan sekelompok pihak tidak bertanggung jawab mengguncang ibu kota.
Laporan wartawan tribunnews.com, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWSCOM, JAKARTA - Ledakan bom dan aksi kekerasan menggunakan senjata api yang dilakukan sekelompok pihak tidak bertanggung jawab mengguncang ibu kota.
Peristiwa yang terhadi di Jalan MH Thamrin, Sarinah, Jakarta Pusat menyedot perhatian banyak pihak.
Sejumlah korban berjatuhan, baik dari aparat kepolisian maupun masyarakat sipil.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengutuk keras terjadinya peristiwa kekerasan yang kembali menelan korban jiwa tersebut.
Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai mengatakan tidak ada pembenaran yang bisa disematkan kepada para pelaku teror hingga mengakibatkan jatuhnya korban.
“Sangat disayangkan kembali terjadinya teror di Indonesia. Kita berharap aparat segera menangkap para pelaku sehingga suasana bisa kembali kondusif ,” kata Semendawai di Jakarta, Kamis (14/1).
Menurut Semendawai, LPSK segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menginventarisir jumlah korban yang jatuh akibat aksi teror itu.
LPSK juga langsung menerjunkan tim ke sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan para korban.
Hal ini penting agar korban aksi teror bisa mendapatkan bantuan sebagaimana mestinya.
“Sesuai tugas dan fungsi, LPSK bisa memberikan bantuan bagi korban aksi teror baik layanan medis maupun psikologis,” ujar dia.
Semendawai mengatakan, pihaknya sangat mendukung upaya aparat kepolisian untuk menangkap para pelaku teror maupun mereka yang diduga terlibat di balik aksi keji itu.
Namun, ada hal penting lainnya disamping menangkap para pelaku teror, yaitu bagaimana para korban bisa mendapatkan penanganan medis maupun psikologis.
Untuk itulah, proses inventarisir dan identifikasi korban yang jatuh akibat aksi teror juga menjadi sangat penting.
“Segera identifikasi saksi dan melindungi mereka demi proses hukum dan keamanan yang bersangkutan,” tutur Semendawai.