Kamis, 2 Oktober 2025

Generasi Muda Mudah Terpengaruh ISIS karena Punya Idealisme Besar

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) selalu aktif melakukan dialog di Perguruan Tinggi

Tribunnews/JEPRIMA
Suami dari Bella Saphira sekaligus Deputi I bidang pencegahan, perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Agus Surya Bakti saat ditemui pada acara peluncuran dan bedah buku Darurat Terosisme, Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2014). Buku setebal 314 halaman ini bersifat all in dan layak menjadi panduan dalam pencegahan terorisme bagi semua kalangan luas. (Tribunnews/Jeprima) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paham radikalisme seperti ISIS mudah merasuki kaum muda.

Kaum muda mudah dipengaruhi paham tersebut karena memiliki idealisme yang sangat besar dan mudah merespon persoalan yang ada di sekitarnya.

“Padahal kita tahu bahwa generasi muda adalah kelompok yang mempunyai idealisme yang sangat besar, mudah merespon permasalan yang ada, tidak berfikir panjang. Itu ciri anak muda. Contohnya mereka meninggalkan kuliahnya untuk melakukan demonstrasi. Lalu mereka bergabung dengan kelompok radikal untuk selanjutnya memahami ajaran agama yang bukan
bermanfaat bagi dirinya. Ini yang selama ini keliru,” ujar Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Agus Surya Bakti, Kamis(30/7/2015).

Ia pun memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi khususnya beberapa mahasiswa hilang secara misterius dan dikabarkan bergabung ke ISIS.

Hal ini terjadi karena propaganda, pengaruh dan ada niat yang sengaja dari kelompok-kelompok terorisme dan ISIS beserta jaringannya untuk mempengaruhi generasi muda kita.

Karena itulah lanjut Agus, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) selalu aktif melakukan dialog di Perguruan Tinggi dengan tujuan agar tidak terjadi pembelokan keyakinan, aqidah dan pemahaman yang dilakukan para kalangan akademisi.

“Ini agar tidak terjadi pemahaman yang salah di kalangan para mahasiswa sehingga jangan sampai terjadi aksi-aksi teror lagi seperti yang pernah terjadi di Indonesia selama ini,” ujar Agus.

Terkait dengan ISIS, Agus menjelaskan bahwa kelompok ISIS ini adalah sebuah jaringan kekuatan kelompok milisi nasional yang ada di Irak dan Suriah yang saat ini telah menjadi terorisme transnasional baru.

Dimana pada awalnya kekuatan milisi nasional tidak puas pemerintahan pascaSaddam Hussein yang dikuasai kelompok Syiah. Mereka berafiliasi dengan Al-Qaeda atau AQI.

Sementara itu, Anggota Komisi III DPR Akbar Faizal mengatakan untuk mencegah dan memberantas paham radikalisme dan terorisme di Indonesia terutama kalangan muda, menurutnya harus dilakukan penguatan wawasan kebangsaan kepada masyarakat.

Ia yakin jika wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia lebih kuat, paham radikalisme dan terorisme tidak akan bisa masuk ke Bumi Nusantara.

Akbar menilai, sebenarnya dengan ideologi Pancasila, generasi muda Indonesia sudah memiliki landasan kuat untuk membendung masuknya paham radikalisme tersebut.

Bahkan ia menilai bahwa sangat kecil ruang bagi generasi muda Indonesia untuk mengikuti dan memiliki paham yang mengarah pada aksi terorisme tersebut.

“Kecil sekali ruangnya untuk hal tersebut karena orang sekarang ini semakin logis. Karena ini sebenarnya itu orang-orang yang bermasalah dengan dirinya, lalu kemudian menarik dirinya seakan menjadi korban dari sebuah sistem. Sebenarnya yang bermasalah itu adalah dirinya sendiri,” terangnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved