Pesawat Asing Masuki Ambalat, Fahri Minta Jokowi Tiru Soeharto
Ia mengatakan TNI harus memberikan penjelasan setiap adanya gangguan keamanan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah meminta penjelasan resmi TNI terkait adanya aktivitas militer asing di perbatasan Kalimantan, Blok Ambalat.
Ia mengatakan TNI harus memberikan penjelasan setiap adanya gangguan keamanan.
"Jangan sampai ada opini, wah wilayah kita enggak bahaya seenaknya dilewatin orang, terus kita enggak berdaya. Enggak boleh gitu, ini negara besar," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (12/6/2015).
Oleh karenanya, pihaknya meminta Panglima TNI menjawab persoalan tersebut. Bila hal itu termasuk rahasia maka dapat dijelaskan melalui rapat tertutup.
"Semua gejala, aneh-aneh terkait integritas kewibawaan negara harus mendapatkan penjelasan serius," ujarnya.
Menurut Politikus PKS itu, semua negara tetangga harus diasumsikan mengintai negara Indonesia secara terus menerus.
Jangan sampai negara kecil sekitar mengusai Indonesia. Ia pun meminta Joko Widodo untuk meniru gaya Presiden ke-2 RI Soeharto.
"Negara-negara kecil disekitar kita itu belagu, bergaya menguasi kita, enggak boleh itu. Zaman Pak Harto dulu itu kalau marah terasa. Wibawa beliau di negara-negara tetangga. Kalau sekarang negara tetangga enggak hormati. Kita, ya kita introspeksi diri. Jangan-jangan kita enggak punya wibawa," katanya.
Sebelumnya, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menaruh perhatian serius terhadap ulah militer negara tetangga, Malaysia di perbatasan dengan Kalimantan, Blok Ambalat.
Hingga pertengahan ini, sudah sembilan kali pesawat perang milik militer Malaysia diduga melanggar, masuk wilayah udara Indonesia tanpa izin.
Komandan Lanud Tarakan Letkol Penerbang Tiopan Hutapea mengatakan adanya penetrasi pesawat asing memasuki wilayah udara Ambalat ini terpantau Satuan Radar 225 Kosek II, Kohanudnas di Tarakan, Kalimantan Utara.
Menurut komandan satuan radar Mayor Lek M Suarna, penetrasi seringkali dilakukan pesawat Malaysia. Terrpantau, sebanyak sembilan kali pesawat militer negeri jiran, lepas landas dari Tawau dan memasuki wilayah Indonesia di atas perairan Ambalat.