Sabtu, 4 Oktober 2025

Gus Mus dan Kang Said Anjurkan Pemimpin NU Harus Berilmu

"Nahdlatul Ulama didirikan dengan silsilah dan keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan, mulai dari pendiri NU Mbah Hasyim Asy’ari," kata Gus Mus.

Penulis: Y Gustaman
Dokumentasi PBNU
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj (tengah, batik cokelat) didampingi Pj Rais Aam PBNU KH A Mustofa Bisri (tengah, sarung dan kemeja putih), serta Ketua Streering Committee Panitia Nasional Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, Slamet Effendy Yusuf, diterima pengasuh Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar KH Ali Akbar Marbun, saat pembukaan Pra Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 di Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (17/5/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Pejabat Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Mustofa Bisri mengatakan penting untuk Nahdlatul Ulama memilih pemimpin yang keilmuannya bisa dipertanggungjawabkan.

"Nahdlatul Ulama didirikan dengan silsilah dan keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan, mulai dari pendiri NU Mbah Hasyim Asy’ari," kata Gus Mus, panggilan akrab KH A Mustofa Bisri, dalam sambutannya di pembukaan Pra Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Sumatera Utara, Minggu (17/5/2015).

Pra Muktamar edisi ketiga ini sebagai rangkaian Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan di Medan, Sabtu sampai Minggu, yang mengangkat tema ‘Kedaulatan dan Pemerataan Ekonomi (Konsep dan Perundang-undangan).'

Terkait tema Pra Muktamar, Gus Mus menganggap penting untuk pengurus NU menawarkan masukan dan jalan keluar kepada Pemerintah dalam meningkatkan derajat ekonomi masyarakat.

"Warga NU kebanyakan rakyat jelata yang jarang tersentuh ekonominya, padahal sila kelima Pancasila adalah Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Wajar kalau pengurus NU membahas isu ekonomi. Semoga pembahasan ini nanti menghasilkan hal-hal positif untuk kepentingan umat,” terang Gus Mus.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj  mengamini pemikiran Gus Mus tentang kriteria pemimpin NU dengan keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan pemimpin semacam itu, salah satunya dapat melalui musyawarah mufakat.

“Tugas kita untuk menjaga haibatul ulama, karomatul ulama. Makanya PBNU menawarkan metode Ahlul Halli wal Aqdi, pemilihan Rais ‘Aam melalui musyawarah mufakat, bukan mengadu ulama secara terbuka,” kata Kiai Said.

Kiai Said menambahkan pemimpin NU harus menguasai beberapa kitab klasik di antaranya Fathul Wahab, Fathul Muin, tafsir Ibnu Katsir, usul fiqh Jam’ul Jawami’, dan kitab-kitab lainnya.

Selain keilmuan, pria yang akrab disapa Kang Said itu menyebutkan kriteria-kriteria lain pemimpin NU antara lain berilmu, cerdas (alim), sederhana (zuhud) dan wara’.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved