Kamis, 2 Oktober 2025

Jika SBY Tak Ikut Bursa Ketum Demokrat, 'Gajah-gajah' Bisa Berkelahi

"Akhirnya balik lagi tokoh kuat seperti otoriter. Daripada pecah, balik saja ke SBY, ya jelek sih sebenarnya," kata Hamdi.

Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM/Andri Malau
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat pleno pengurus harian DPP Partai Demokrat di kantor DPP Partai Demokrat, Kamis (11/12/2014). Rapat pleno itu dilakukan untuk konsolidasi partai yang mengantarkan SBY menjadi presiden keenam Indonesia tersebut. TRIBUNNEWS.COM/Andri Malau 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus menguat mengisi posisi Ketua Umum Demokrat. Pakar Psikologi Politik Hamdi Muluk memprediksi partai berlambang bintang mercy itu akan terpecah bila persaingan calon ketua umum dibuka.

"Akhirnya balik lagi tokoh kuat seperti otoriter. Daripada pecah, balik saja ke SBY, ya jelek sih sebenarnya," kata Hamdi dalam diskusi Cyrus Network di Jakarta, Minggu (21/12/2014).

Hamdi menilai internal Demokrat sedang gamang bila persaingan calon ketua umum dibuka tanpa melibatkan SBY. "Kalau SBY enggak ikutan empat sampai tujuh gajah (elit partai) berantem sendiri," kata Hamdi.

Menurut Hamdi, generasi tua sudah tidak ideal memimpin partai. Di dunia internasional, partai telah terinstitusional melalui sistem meritokrasi. Partai politik juga mendapatkan donasi dari publik.

Sehingga bila melupakan masyarakat maka partai politik dapat kehilangan kepercayaan. Ia mencontohkan Australia dimana partai dibiayai negara. "Ketika didanai, mereka bertanggungjawab, dana kampanye dilaporkan setelah diaudit," ujarnya.

Selain itu, Hamdi juga beperndapat partai politik di Indonesia dikurangi. Paling banyak partai politik berjumlah tiga saja. "Jadi partai bisa memilih spektrum ideologi," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved