Jumat, 3 Oktober 2025

Kabinet Jokowi JK

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin: Sakitnya Disini

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam pengarahan nilai budaya kerja di Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (11/12/2014) sempat berekeluh kesah

Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUN/DANY PERMANA
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam pengarahan nilai budaya kerja di Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (11/12/2014) sempat berekeluh kesah yang membuat mereka yang hadir tersenuum lebar. Secara pribadi, ia merasa, seharusnya menjadi teladan bagi orang lain, baik saat bekerja maupun di hadapan publik.

Namun, ia dalam keadaan tertentu sebagai Menteri Agama justru mendapat layanan tersendiri."Sakitnya di sini," kata Menag.

Menag melanjutkan ceritanya lagi. Seperti dikutip kompas.com dari Antara, seharusnya dirinya ikut antre bersama para tamu lainnya saat  menghadiri pesta perkawinan. Namun, protokol justru mendahulukannya bersalaman dengan kedua mempelai dan orang tua mereka.

Begitu juga ketika bertolak ke kantor atau ke tempat lain, Lukman sebagai Menag mendapat pengawalan di jalan raya sehingga saat macet, warga dan para pengemudi pun tak mustahil dalam hatinya banyak yang melontarkan sumpah serapah.

"Saya merasa sakit juga. Sakitnya di sini," ujar Lukman Hakim, yang disambut tawa hadirin, termasuk Sesjen Kemenag Nur Syam, Irjen M. Jasin, dan Ary Ginanjar Agustian sebagai motivator pegiat transformasi budaya perusahaan.

Sesungguhnya, menurut Lukman, dirinya tak ingin mendapat perlakukan dan diposisikan berlebihan karena seharusnya ikut antre bersama warga lainnya, baik saat resepsi pesta perkawinan maupun melintas di jalan raya. Ia pun menyadari bahwa perlakuan dan pelayanan seperti itu sudah diatur dengan undang-undang sebagai menteri.

Oleh karena itu, sebagai aparat pemerintahan, ia mengajak jajaran Kementerian Agama untuk mengedepankan lima nilai budaya kerja yang sudah disosialisasiskan, yakni integritas, profesionalitas, inovatif, bertanggung jawab, dan keteladanan.

Budaya kerja, dinilainya, tak lepas dari sistem yang dibangun. Bila sistem yang dibangun baik dan dapat dijalankan sebagaimana mestinya, maka ia yakin akan membentuk karakter seseorang menjadi baik pula.

Lukman memberi contoh, jika warga Indonesia bepergian ke Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dan kemudian menyeberang ke negara tetangga, Singapura, maka banyak orang bersangkutan ikut berdisiplin tidak membuang sampah dan mengindahkan aturan lainnya.

Sistem yang dibangun di Singapura ikut membawa dan mendorong warga Indonesia ikut mengindahkan aturan di sana. Namun, watak banyak orang itu kembali ke aslinya saat pulang ke Indonesia.

Untuk itu, Lukman menekankan, lima nilai budaya kerja Kementerian Agama dapat dipraktikkan semua pihak dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved