Senin, 6 Oktober 2025

Rieke Pitaloka Tinggalkan Si Kembar Demi Jokowi-JK

Aktivitas dan mobilitas Rieke terbilang tinggi saat dirinya mendapat tugas sebagai Koordinator Penggalangan Suara Buruh Dalam dan Luar Negeri

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
Super Ball/Feri Setiawan
Rieke Diah Pitaloka 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kini, tubuh politisi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka lebih kurus dibandingkan saat penampilannya berperan sebagai Oneng dalam program sitkom 'Bajaj Bajuri'.

Aktivitas dan mobilitas Rieke terbilang tinggi saat dirinya mendapat tugas sebagai Koordinator Penggalangan Suara Buruh Dalam dan Luar Negeri Pemenangan Jokowi-JK pada masa kampanye Pilpres Juni 2014.

Perempuan kelahiran Garut, 8 Januari 1974 tersebut lebih banyak dihabiskan di luar rumah. Ia kerap meninggalkan dua bayi kembarnya, Sagara Kawani dan Jalumanon Badrika, yang masih berusia 3 tahun serta suami tercinta, Donny Gahral Adian, di rumahnya, kawasan Depok, Jawa Barat.

"Iya, waktu itu nggak pulang-pulang. Ikut keliling (kampanye)," kata Rieke beberapa waktu lalu.

Rieke mengaku jarang pulang ke rumah karena kesibukan kampanye Jokowi-JK. "Dalam seminggu, bisa pulang selama dua hari saja sudah alhamdulillah," ungkapnya.

Rieke merasa beruntung karena anak-anaknya masih kecil sehingga tidak ada keluhan atau complaint tentang ketidakhadirannya di rumah pada masa kampanye.

Meski begitu, ia mengakui sebagai ibu sempat terbesit rasa bersalah karena meninggalkan kedua buah hatinya yang masih bayi demi kegiatan politik. "Tapi, ini risiko. Ini adalah kerja. Tapi, terkadang anak-anak dan suami ikut, menyampari saya ke lokasi kampanye saat weekend (akhir pekan). Sebab, mereka sekolah," ujarnya.

Untuk membayar rasa bersalah dan utang kebersamaan keluarga, Rieke menghabiskan banyak waktu dengan si kembar dan suami seusai masa Pilpres.

"Setelah Pilpres selesai, jadi waktu untuk saya membalas waktu yang hilang dengan keluarga. Jadi, lebih sering di rumah. Kalau pergi ke mana-mana jadi 'nenteng' anak-anak. Sekarang kalau pagi-pagi, saya bangunkan mereka untuk salat subuh, sempatkan main dulu, mandikan dulu," kata Rieke diikuti senyumnya.

Rieke menceritakan, dirinya berkeliling ke beberapa kota di Indonesia dan negara lain untuk mengkampanyekan program kerja Jokowi-JK selaku capres-cawapres. Sasarannya adalah kantong-kantong buruh yang ia sudah jajaki komunikasi selama lima tahun terakhir.

"Kami bisa membuktikan di atas kertas, bahwa Jokowi-JK menang di kantung buruh, kecuali di Jawa Barat. Di Jawa Barat itu anomali, karena elemen apapun kalah," kata Rieke tentang capaian hasil kerja kampanyenya.

Menurut Rieke, untuk memenangkan Jokowi-JK, dirinya melakukan kampanye secara terbuka dan tertutup atau silent operation.

"Saya punya jaringan-jaringan yang tidak perlu saya sampaikan kepada publik. Tapi, itu hasil kerja bertahun-tahun, bukan sehari atau dua hari," ujarnya.

Rieke mengaku dirinya sempat kesulitan melakukan pendekatan saat kampanye meski sudah mengenal pucuk pimpinan organisasi-organiasi buruh. Sebab, para buruh saat ini sudah memiliki kesadaran politik yang tinggi dan mengerti bisa atau tidak aspirasinya diakomodir oleh pihak Jokowi-JK. Berbekal pengalaman, Rieke mampun meyakinkan mereka.

"Artinya, pertempuran itu dilakukan mulai strategi, fisik, psikologis sampai pertempuran di dunia maya. Jadi, pertempuran terlihat dan tidak terlihat itu harus kami lakukan," kata Rieke.

Rieke bersyukur hasil kerjanya tidak sia-sia. Sebab, suara dari kalangan buruh di dalam dan luar negeri itu terbilang berkontribusi tinggi pada perolehan suara kemenangan Jokowi-JK. "Kalau dari TKI bisa dipastikan semua sekitar 80 persen suara, kecuali pemilihan yang sistem drop box. Bahkan, kami menang suara di kampung halaman Wilfrida, meski Prabowo menengok ke sana," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved