Berita Eksklusif Jakarta
Tak Setuju Bantuan ke Negara Berkembang
Don K Marut berada di posisi calon Menteri Luar Negeri bersama Makmur Keliat, dosen HI UI, serta Marty Natalegawa dan Dino Patti Djalal.
Mereka yang Berpeluang Jadi Pembantu Jokowi-JK (10)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan dilantik tiga hari lagi. Senin, 20 Oktober 2014, pasangan pemenang pemilu presiden ini akan diambil sumpahnya di hadapan sidang paripurna MPR RI, Senayan, Jakarta.
Sehari kemudian, Selasa (21/10/2014), Jokowi direncanakan mengumumkan nama-nama kabinetnya. Siapa saja mereka yang akan duduk di kabinet? Berikut laporan Tribunnews.com mengenai beberapa orang yang dinilai berpeluang sebagai pembantu presiden.
BAK bekerja di kamar gelap. Demikian kiprah Donatus Klaudius Marut (51 tahun) selama 20 tahun terakhir. Bidang pekerjaan Don berupa pemberdayaan wilayah tertinggal bersama kelompok masyatakat sipil, relatif mendapat porsi kecil di media dan juga jauh dari aspek pencitraan.
Kondisi itu tak berpengaruh apapun bagi Don yang memang tidak mencari popularitas. Meski demikian, jejak dan prestasi Don tak mungkin terhapus. Karena itu, ia diperhitungkan masuk dalam kabinet Jokowi-JK.
Di daftar kandidat menteri yang dibuka ke publik supaya masyakarat bisa ikut memberi masukan, Don K Marut berada di posisi calon Menteri Luar Negeri (Menlu) bersama Makmur Keliat, dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Indonesia, serta Marty Natalegawa dan Dino Patti Djalal, Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Luar Negeri saat ini.
Don sangat menyadari kalau namanya masuk dalam radar Jokowi. "Saya siap, kalau Jokowi benar-benar memanggil saya. Tapi meskipun gelar sarjana saya dapatkan dari jurusan hubungan internasional, saya merasa (diplomasi) itu bukan spesialisasi saya," ujar Don ketika menerima Tribunnews di Jakarta, Kamis (9/10/2014).
Don saat ini adalah konsultan senior di Remdec, sebuah organisasi konsultasi independen di bidang pengembangan kapasitas untuk transformasi sosial. Ia tercatat sebagai dosen pada program studi hubungan internasional di Universitas Binus Jakarta.
Keputusannya untuk menjadi pengajar diambil awal tahun lalu. Ketika itu, Binus yang tengah merintis jurusan hubungan internasional, menawarkan jabatan dosen tetap.
Sebelumnya, Don malang-melintang di non-government organization (NGO) bidang pemberdayaan masyarakat sipil. Don antara lain menjabat Sekretaris Jenderal Indonesian Society for Social Transformation (Insist) sejak tahun 2004.
Lembaga-lembaga seperti South East Asian Popular Communication Programme (SEAPCP) dan Oxfam Great Britain juga pernah memberinya kepercayaan. Jabatan-jabatan itu membuatnya bekerja sama dengan mitra-mitra internasional.
"Mungkin yang mengajukan nama saya tahu, 10 tahun terakhir ini saya terlibat di lembaga internasional. Tapi sebetulnya, di sana saya mengurusi pembangunan desa, ekonomi lingkungan, dan pengembangan usaha kecil di daerah tertinggal," katanya.
Selain mengajar, pemegang gelar master of science dan master of philosophy ini juga sibuk di CSO Partnership For Development Effectiveness (CPDE). Di kelompok masyarakat sipil berskala internasional ini, Don ditunjuk menjadi koordinator wilayah Asia Tenggara.
Di CPDE, Don mendorong negara-negara maju untuk tidak dengan gampang memberikan pinjaman dana ke negara berkembang. Dana tersebut, menurutnya, kerap tidak tepat sasaran. "Utang menghilangkan kesempatan masyarakat miskin untuk hidup lebih baik karena negara harus melunasi utang yang jumlahnya sangat besar, padahal masyarakat sesungguhnya tidak merasakan hasil utang-utang tersebut," tuturnya.
Kinerja Don di CPDE berbuah positif. Kini, pengajuan utang oleh negara berkembang mensyaratkan keterlibatan masyarakat. Bantuan luar negeri pun sekarang tak lagi disebut utang melainkan kerja sama internasional.
Di CPDE, Don berhadapan dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), lembaga beranggotakan 34 negara maju yang fokus merangsang pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia.