RUU Pilkada
Sikap Walk Out Demokrat Dibayar dengan Hancurnya Citra SBY
Ikrar menuturkan, sikap Demokrat merupakan sebuah blunder yang sedang mengambil kembali hati rakyat.
Penulis:
Muhammad Zulfikar
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Ikrar Nusa Bhakti menilai sikap walk out yang ditunjukkan Partai Demokrat dalam rapat paripurna pengesahan RUU Pilkada turut berimbas pada memburuknya citra sang Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ikrar menuturkan, tak hanya di dalam negeri, di luar negeri pun sikap Demokrat diperbicangkan yang mempertanyakan instruksi yang telah dikeluarkan SBY untuk mendukung Pilkada langsung. Namun tidak diaplikasikan dalam rapat paripurna di parlemen.
"SBY yang kita tahu citra beliau sangat hancur. Itu bukan cuma melalui pemberitaan media sosial semata, tapi juga media internasional membicarakan itu," kata Ikrar di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (27/9/2014).
Ikrar menuturkan, sikap Demokrat merupakan sebuah blunder yang sedang mengambil kembali hati rakyat. Demokrat sebelumnya sangat terpuruk dengan banyaknya kader yang terlibat kasus korupsi mulai dari Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, dan Andi Malaranggeng.
"(Sikap walk out) ini menjadi sebuah upaya bagi Partai Demokrat untuk menggali kuburannya sendiri. Karena mereka tidak mampu merebut hati rakyat kembali untuk kemudian memperbaiki citra partainya," tuturnya.
Masih kata Ikrar, sikap fraksi Demokrat yang walk out di rapat paripurna tidak mencerminkan tujuan awal partai berlambang segitiga mercy itu dibentuk. Bahkan menurutnya dengan adanya sikap walk out akan semakin sulit mengembalikan khitoh Demokrat.
"(SBY) tidak mampu mengembalikan khitoh Partai Demokrat sebagai partai pembela rakyat dan partai tidak korup," katanya.