Kamis, 2 Oktober 2025

Singapura Protes KRI Usman Harun

Soeharto Turun Tangan demi Usman-Harun

"Mengapa Singapura ingin sekali menggantung mereka," tanya Pak Harto kepada Ramly.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Ade Mayasanto
Dinas Penerangan Koarmabar
Anggota Lanal Sabang menerima kedatangan KRI Sutanto - 377 dalam rangka bekal ulang usai melaksanakan operasi di perairan perbatasan. 

Catatan Drs. Murgiyanto dalam buku bertajuk Usman dan Harun Prajurit, yang dicetak Pustaka Bahari menyebut, Soeharto juga mengirim utusan pribadi, Brigjen TNI Tjokropanolo ke Singapura untuk menyelamatkan Usman dan Harun. Titik terang mulai menyembul saat PM Malaysia Tengku Abdulrahman juga mendorong pemerintah Singapura meringankan hukuman Usman dan Harun. Namun, upaya itu juga membentur dinding. Pemerintah Singapura tetap menjalankan hukuman mati.

Brigjen Tjokropranolo sempat bertemu Usman dan Harun di detik-detik terakhir menjelang hukuman gantung dilakukan. Bersama Lekol Gani Djemat dan Kolonel A Ramly, mereka menyampaikan pesan Soeharto.

"Hanya satu pesan yang disampaikan adalah bahwa Presiden Suharto telah menyatakan mereka sebagai pahlawan dan akan dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia," tulis Murgiyanto.

"Sebelum berpisah, Usman dan Harun dengan sikap sempurna menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden RI Jenderal Suharto atas usahanya," tambah Murgiyanto.

Jelang eksekusi hukuman gantung, seluruh staf Kedubes RI di Singapura dipulangkan, kecuali atase pertahanan dan beberapa staf lain. Kapal-kapal RI juga pulang membawa warga negara Indonesia.

Hukuman gantung dilakukan pada pukul 06.00, 17 Oktober 1968. Usai melakukan salat, Usman dan Harun dengan tangan diborgol dibawa petugas ke kamar kesehatan untuk dibius. Bius dilakukan untuk membuat keduanya lumpuh. Setelah itu, tali gantungan dikalungkan ke leher Usman dan Harun.

Meski gagal meloloskan Usman dan Harun dari tiang gantungan, Soeharto punya cara tersendiri untuk membela mereka. "Ketika PM Lee ingin berkunjung ke Indonesia, dua tahun setelah hukuman mati dilaksanakan, Pak Harto mempersilakan datang. Syaratnya, harus meletakkan karangan bunga secara langsung di makam Usman dan Harun di Taman makam Pahlawan Kalibata," kata Ramly.

Menurut Ramly syarat itu tidak lazim. "Namun entah dengan pertimbangan apa, PM Lee setuju meletakkan karangan bunga di makam Usman dan Harun. Baru setelah itu hubungan Jakarta-Singapura membaik," ujar Ramly. (tamat-)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved