Jumat, 3 Oktober 2025

Partai NasDem Tuai Kritik Jika Lantik Syahrial Oesman

Kritik tersebut dilontarkan lantaran Syahrial merupakan mantan pejabat yang pernah terjerat kasus korupsi

Penulis: Danang Setiaji Prabowo
zoom-inlihat foto Partai NasDem Tuai Kritik Jika Lantik Syahrial Oesman
Sripo/Aang Hamdani
Mantan Gubernur Sumsel, H Syahrial Oesman, ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Ksatria Ksetra Siguntang di Jl Jend Sudirman.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar yang menyebut Partai NasDem akan mengangkat mantan Gubernur Sumsel Syahrial Oesman menjadi Ketua Partai NasDem Sumsel, mengundang kritik.

Kritik tersebut dilontarkan lantaran Syahrial merupakan mantan pejabat yang pernah terjerat kasus korupsi. Menurut Manager Riset Pol-Tracking Institute, Arya Budi, dalam rekrutmen kader tentunya partai mempunyai nalarnya sendiri. Seperti pertimbangan basis massa, kekuatan logistik materi, atau kapasitas politik para calon kader.

"Seharusnya partai dalam melakukan rekrutmen kader, paling tidak berdasarkan pada dua hal yaitu kualitas dan integritas. Bila yang direkrut itu koruptor atau orang dengan rekam jejak buruk, tentu tidak masuk dalam kualifikasi ini," kata Arya, Minggu (3/11/2013).

Dikatakannya, parpol sebenarnya mempunyai tanggung jawab untuk mencetak kader. Sehingga parpol mempunyai mekanisme kaderisasi untuk setiap anggota partai.

"Jika tidak, seperti dalam kasus NasDem ini. Rekrutmen kader tanpa proses kaderisasi akan menjadi bumerang bagi partai. Karena orang yang tiba-tiba ditempatkan dalam jabatan struktural strategis, punya potensi merusak kohesi dan konsolidasi internal partai," jelasnya.

Sementara Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan masuknya eks napi korupsi dalam tubuh partai tak hanya merusak proses kaderisasi, namun juga merusak penguatan demokrasi itu sendiri.

"Persoalan pemberantasan korupsi adalah persoalan membersihkan mesin produksinya. Dan mesin produksi terbesar para koruptor itu adalah partai politik," cetusnya.

Menurutnya dalam kasus Partai NasDem, hanya menjadi contoh bahwa parpol ternyata memang benar tak memiliki alat ukur yang jelas untuk merekrut seseorang apakah bisa dijadikan sebagai kader atau tidak.

"Alat ukur mereka yang utama hanyalah persoalan dana. Jika seseorang memiliki cukup banyak dana, partai malah akan berlomba menempatkan yang bersangkutan di posisi-posisi strategis. Partai tak peduli dari mana yang bersangkutan mendapatkan dananya. Bagi partai, urusan orang mendapatkan dana darimana, adalah urusan pribadi," ujarnya.

Sedangkan Direktur Political Communication Institute, Heri Budianto, mengatakan jika benar Partai NasDem bakal mengangkat Syahrial Oesman yang notabene adalah eks napi korupsi, maka itu menunjukan rekrutmen kader partai yang buruk.

"Parpol hanya menerima calon jadi dan sudah punya nama di publik, bekas pejabat, dan punya uang. Aspek kapasitas, kompetensi, kapabilitas, dan integritas tidak dihiraukan," katanya.

Menurut Heri, hal itu adalah potret buruk pangkaderan partai, dimana orientasinya hanya demi kekuasaan saja.
"Inilah kelemahan paling mendasar hampir semua partai disini, " tandasnya.

Adapun dari informasi yang beredar, pelantikan Syahrial sebagai Ketua DPW Partai NasDem Sumsel, akan dilakukan berbarengan dengan pembekalan caleg NasDem di Sumsel pada 4 November 2013.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved