Sabtu, 4 Oktober 2025

Aktivis: Haluan Negara Menuju Arah Liberalisme

Aktivis Petisi 28 Haris Rusly Moti menilai sejumlah amandemen terhadap UUD 1945 telah mengubah haluan negara I

Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Aktivis: Haluan Negara Menuju Arah Liberalisme
Warta Kota/Henry Lopulalan
Ratusan massa dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Pemuda berdemo setelah sholat jumat untuk menolak RUU Ormas di depan gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (12/4/2013). Masa dari berbagai wilayah Jabotabet ini meminta RUU Ormas bukan hanya di tunda tapi juga dibatalkan karena bertentangan dengan UUD 45. (Warta Kota/Henry Lopulalan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Aktivis Petisi 28 Haris Rusly Moti menilai sejumlah amandemen terhadap UUD 1945 telah mengubah haluan negara Indonesia menjadi ke arah liberalisme. Budaya politik musyawarah mufakat yang menjadi karakter bangsa diubah menjadi persaingan bebas politik tanpa batas.

"Kita juga mengubah landasan kerjasama di bidang ekonomi menjadi berlandaskan pada persaingan bebas. Atau mengubah landasan filosofi kekeluargaan dalam hubungan sosial menjadi individualis," ujarnya dalam diskusi Aktual Forum di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (2/5/2013).

Lebih lanjut Haris juga menuturkan bagaimana dulu Presiden pertama RI, Soekarno yang juga pencetus Pancasila mencetuskan Tri Sakti, yaitu berdaulat di bidang politik untuk membangun kekuatan politik bangsa dalam menghadapi dominasi politik asing, berdikari di bidang ekonomi untuk mengakhiri eksploitasi ekonomi oleh penjajahan asing model baru, serta berkepribadian di bidang budaya untuk menghadapi penetrasi budaya bangsa asing yang menguasai cara pandang dan perilaku bangsa.

"Kini kenyataannya tidak ada lagi kedaulatan di bidang politik, kemandirian di bidang ekonomi dan kita seolah menjadi bangsa yang tidak memiliki kepribadian nasional," ujarnya.

Haris menyebut, inilah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk kembali menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan menerapkan nilai-nilainya dalam berbangsa dan bernegara.

Ia menilai, peringatan hari pidato bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 adalah momentum yang tepat untuk mengevaluasi landasan dan haluan negara yang menggunakan negara reformasi yang menyimpang dan mengkhianati nilai-nilai dasar pancasila. Sehingga mengembalikan pancasila di tempat yang sebenar-benarnya. "Ini momentum yang tepat untuk melakukan evaluasi," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved