Teroris Rampok Toko Emas
Densus Tutupi Kepalanya Pakai Karung
Mereka menggondol emas 1,5 kilogram senilai Rp 500 juta.

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-- Minggu (10/3) terjadi perampokan toko emas di kawasan Tambora, Jakarta. Perampok terbilang nekat karena toko itu berada di seberang Mapolres. Mereka menggondol emas 1,5 kilogram senilai Rp 500 juta.
Jumat (15/3), personel Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Metro Jaya menyergap tujuh orang yang diduga perampok itu di tiga lokasi berbeda di Jakarta dan Bekasi, Jabar. Aksi baku tembak pun terjadi sehingga tiga orang di antara mereka, tewas. Namun, ada seorang anggota kelompok itu yang berhasil kabur.
Dari kelompok itu disita lima senapan dan 14 bom pipa siap meledak. Berdasar hasil pemeriksaan, mereka adalah anggota jaringan teroris yang sedang mencari dana operasional.
Kabarnya, mereka pernah juga merampok Bank CIMB Niaga di Medan, Sumut, 18 Agustus 2010 lalu.
Bom pipa yang mereka miliki juga mirip dengan bom pipa rakitan dengan kelompok Beji, Depok, Jabar, yang pernah digerebek Densus 88, beberapa waktu lalu.
Salah satu terduga perampok yang tewas adalah Makmur alias Bram. Dia mengembuskan napas terakhir karena terkena peluru polisi di kawasan Teluk Gong, Jakarta. Polisi meyakini dia adalah pemimpin kelompok sekaligus koordinator sel teroris Jakarta.
“Dia buron kasus perampokan Bank CIMB di Medan. Kami mencarinya dan baru ditemukan meski terpaksa ditembak karena melawan,” kata Kabareskrim Mabes Polri Polri Komjen Sutarman.
Dia mengungkapkan penyergapan dilakukan di kawasan Teluk Gong dan Bintaro, Jakarta serta Bekasi. Dari satu unit gudang yang didiami anggota kelompok itu di kawasan Mustika Jaya, Bekasi, ditemukan lima senapan rakitan jeniz UZI, 14 bom pipa dan 34 butir peluru kaliber 9 milimeter. Selain itu, dua sepeda motor dan emas 2,5 kilogram.
Selain Makmur, dua orang tewas tertembak adalah Arman dan Kodrat alias Polo. Sedangkan empat orang yang ditangkap adalah Hendra Hermalan, Togog alias Anto, Kiting dan Siswanto. “Memang terjadi baku tembak karena mereka melawan,” tegas Sutarman.
Dia juga memegaskan motif perampokan oleh kelompok itu adalah mencari dana untuk membiayai aksi terorisme. Cara itu dilakukan setelah kepolisian memutus aliran dana dari luar negeri.
Selain itu, mereka diduga melakukan serangan balik melalui cara mengembangkan isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
“Mereka kini menggunakan link tradisional saat hendak beraksi seperti menggunakan kurir, tidak melakukan komunikasi modern, bertemu di satu tempat tertentu. Kami juga mengikuti dengan cara tradisional,” tegas dia.
Warga Kaget
Penggerebekan di kawasan Mustika Jaya mengejutkan warga sekitar gudang. Mereka tidak menyadari ada anggota kelompok perampok sekaligus teroris yang bersembunyi di gudang berdinding seng tersebut.
“Selama ini di gudang itu tidak ada aktivitas yang mencurigakan. Makanya, kami sangat terkejut saat banyak polisi menyerbunya,” kata seorang warga, Anin Singkih.
Gudang berlantai dua tersebut, sudah setahun ini digunakan sebagai tempat untuk mengerjakan pembuatan sejumlah alat furniture seperti kitchen set, meja dan kursi kantor. “Tempatnya terbuka, bahkan kalau pekerja sedang mengamplas atau menyerut kayu, pintunya tak pernah ditutup,” ucap Anin.
Pemilik gudang yang kini dikelilingi garis polisi tersebut adalah Edy Novian yang tinggal di Jatimulya, Tambun Selatan, Bekasi. Kabarnya, Edy juga ditangkap. Dia membikin gudang berukuran 10x20 meter itu pada 2010, untuk usaha furniturnya.
Ada tiga orang yang menjadi pekerja di situ, namun mereka jarang bergaul dengan warga. Setelah usai bekerja, mereka pergi.
Ketua rukun tetangga setempat (RT) Rasim Rais yang diminta personel Densus 88 menjadi saksi penyergapan mengungkapkan, saat dia datang sudah ada seorang yang diikat tangannya.
“Kepala orang itu ditutup menggunakan karung. Saya juga melihat pistol dan peluru satu kotak. Ada juga emas yang disimpan di tas. Tidak lama di situ, saya disuruh keluar karena polisi akan menggeledah plafon. Katanya ada bom,” ucap dia. (tribunnews/thf/rek/wk/kps/vin/dtn)