Senin, 6 Oktober 2025

Nasib Anas di Demokrat

Politik Kekerabatan di Demokrat Diduga Jadi Penyebab Lengsernya Anas

Politik kekerabatan di internal Partai Demokrat yang sudah lama berlangsung dinilai sebagai penyebab lengsernya Anas

zoom-inlihat foto Politik Kekerabatan di Demokrat Diduga Jadi Penyebab Lengsernya Anas
TRIBUNNEWS/HO/Ridhwan Ermalamora Siregar
Seorang kader memeluk Ketua Umum DPP Partai Demokrat (PD), Anas Urbaningrum disaksikan anggota DPR RI sekaligus Ketua DPC PD Kabupaten Lebak, Iti Octavia Jayabaya (kiri) usai dilantik sebagai pengurus baru DPAC PD di Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (9/2/2013). Dalam sambutan di acara pelantikan sekaligus Rakorcab II PD tersebut, Anas meminta seluruh kader PD untuk tetap menjaga soliditas dan terus bekerja keras untuk kepentingan rakyat serta optimis dalam melalui badai yang melanda PD. TRIBUNNEWS/HO/Ridhwan Ermalamora Siregar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politik kekerabatan di internal Partai Demokrat yang sudah lama berlangsung dinilai sebagai penyebab lengsernya Anas Urbaningrum.

Hal tersebut ditandai dengan orang-orang yang menjadi pengurus inti Partai seperti Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono ataupun Bendahara Sartono Hutomo yang juga sepupu SBY.

Patronase politik di tubuh Partai Demokrat juga sangat sulit dielakkan.

"Politik kekerabatan pun tak pelak lagi menjadi suatu realitas empirik dalam tubuh PD. Kecenderungan menguatnya duet SBY sebagai ketum dan Ibas sebagai sekjen PD sudah mulai berlangsung, meskipun hal ini banyak mendapat sorotan kritis publik," kata Pengamat LIPI, Siti Zuhro di Jakarta, Selasa(12/2/2013).

Partai Demokrat kata Siti juga belum membangun budaya politik yang mengedepankan nilai-nilai saling percaya, saling menghargai, tidak diskriminatif, dan nilai-nilai demokrasi yang lebih bottum up.

Kegagalan ini menyebabkan partai tergantung pada satu orang saja yaitu SBY yang memegang empat jabatan sekaligus (ketua dewan pembina, ketua dewan kehormatan, ketua majelis tinggi dan de facto ketua umum partai.

"Hal tersebut membuat patronase di PD sulit dielakkan," ujar Siti.

Lebih jauh Siti menjelaskan, apa yang terjadi dengan PD seharusnya tidak bisa dilihat peran orang per orang.

Partai lanjut Siti harus berfungsi sebagai pilar demokrasi bukan perseroan terbatas (PT) yang membedakan antara owner (pemilik saham) dan pegawainya.

"Parpol harus dipandang sebagai "rumah demokrasi", tempat para kader dilatih dan dicerahkan supaya menjadi calon-calon pemimpin yang amanah. Artinya, reformasi partai harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas kader dan menumbuhkembangkan mereka menjadi kader yang punya integritas, kompetensi dan kepemimpinan," jelasnya.

Sengketa antarelite dan antarkader di PD menurut Siti juga mencerminkan belum terbangunnya mekanisme penyelesaian konflik dan belum beranjaknya partai ini menjadi partai kader yang menunjukkan kematangan dalam berpolitik.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved