Kamis, 2 Oktober 2025

Nasib Anas di Demokrat

SBY Diduga Sengaja 'Lumpuhkan' Anas Karena Dianggap Ancaman

Keputusan SBY mengambil alih pucuk pimpinan dan melemahkan wewenang Ketua Umum Partai Demokrat bukan terkait dengan penurunan

zoom-inlihat foto SBY Diduga Sengaja 'Lumpuhkan' Anas Karena Dianggap Ancaman
Tribun Jakarta/JEPRIMA
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan pernyataan tentang beberapa masalah yang menimpa Partai Demokrat di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/2/2013) malam. SBY memberi kesempatan kepada Anas Urbaningrum untuk lebih fokus menghadapi dugaan masalah hukum di KPK terkait kasus korupsi Hambalang. (Tribun Jakarta/Jeprima)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keputusan SBY mengambil alih pucuk pimpinan dan melemahkan wewenang Ketua Umum Partai Demokrat bukan terkait dengan penurunan elektabilitas partai, melainkan lebih kepada hubungan antarpersonal dengan Anas.

SBY sangat memiliki kekhawatiran berlebihan terutama dengan keberadaan Anas. Ia seolah merasa terancam.

"Kondisi internal partai dengan mengambil alih kepemimpinan Ketua PD adalah wujud kekhawatiran SBY yang over, dan bukan terhadap penurunan elektabilitas partai tetapi lebih kepada personalitas Anas," kata Pengamat politik Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Barkah Pattimahu di Jakarta, Sabtu(9/2/2013).

Sikap SBY itu kata Barkah juga bisa membahayakan. Kelangsungan dan mekanisme partai akan terganggu dan Demokrat tidak akan tumbuh di alam demokrasi yang sehat, tetapi berada di dalam bayang-bayang kekuatan SBY.

"Ini sangat berbahaya bagi kelangsungan dan mekanisme partai. Partai tidak akan tumbuh di alam demokrasi yang sehat tetapi berada dalam bayangan kekuatan SBY. Siapapun nantinya kader terbaik Demokrat yang muncul  akan menjadi 'phobia Cikeas', ketika terdapat kecurigaan yang berlebihan akan mengaungi peran Cikeas. Partai Demokrat akan turun citranya di mata publik dengan sikap dan langkah politik SBY," ujarnya.

Langkah SBY dalam menyikapi badai di internal partai kata Barkah .
juga dinilai sebagai bentuk ambivalensi sikap politik SBY , SBY sebagai ketua Majelis Tinggi sekaligus sebagai kepala pemerintahan meminta para menteri meningkatkan kinerja di pemerintahan dan tidak mengurus politik, tapi pada sisi lain SBY secara langsung menyibukkan diri dengan urusan poilitik PD.

"Kata-kata SBY yang sering bermakna ganda, kini langkah politik juga ikut bercabang. Publik akan marah dengan sikap Presidennya dan caranya adalah dengan tidak memilih PD," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved