Pemilu 2014
PAN: Pilkada Langsung Harus Dievaluasi
Hasil survei INES yang menyatakan 50,3 persen pemilih memilih partai politik (parpol) karena uang, sangat mengejutkan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei Indonesia Network Election Survey (INES) yang menyatakan 50,3 persen pemilih memilih partai politik (parpol) karena uang, sangat mengejutkan. Jangan-jangan, itu ada kaitannya dengan kepopuleran parpol yang baru saja dirilis INES.
"Saya miris dengan politik uang. Uang ini agak mengkhawatirkan. Adakah konstelasi antara pengakuan jujur uang ini terhadap prevelensi terhadap partai-partai itu?" ujar Bima Arya Sugiarto, Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN), di Cafe Galery Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (19/11/2012).
Dalam temuan INES, lima partai terpopuler adalah Golkar (22,1 persen) PDI Perjuangan (17,4 persen), Gerindra (14,3 persen), PAN (9,7 persen), dan Demokrat (8,4 persen).
Hasil survei, lanjut Bima, perlu dikritisi lagi, dari sisi pertanyaan yang disodorkan kepada responden.
"Jangan-jangan karena uangnya (partai tersebut populer). Apakah ada pertanyaan lain lagi. Misalnya, sejauh mana pilihan tokoh partai dengan uang? Kalau memang iya, pilkada langsung harus kita evaluasi," papar Bima.
Sejauh ini, Bima menilai, politik uang biasanya terjadi saat pilkada, dan sangat jarang saat pileg dan pilpres.
Bima juga mengkritisi minimnya lembaga survei yang berasal dari internal parpol. Menurutnya, di Amerika Serikat, lembaga survei hanya dibuat sebagai rujukan, yang diandalkan adalah lembaga survei internal parpol.
Survei INES melibatkan 6.000 responden, dengan 5.996 data yang dapat dianalisis, dengan margin error kurang lebih 2,5 persen, dengan tingkat kepercayaan 98 persen.
Metode yang dilakukan adalah dengan cara wawancara yang dilaksanakan pada 5-21 Oktober 2012. (*)