Ibadah Haji 2012
Tidak Ada Tenaga Medis di Sektor Bandara Madinah
Petugas Misi Haji Indonesia di sektor khusus Bandara Pangeran Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah mengeluhkan tidak adanya
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Petugas Misi Haji Indonesia di sektor khusus Bandara Pangeran Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah mengeluhkan tidak adanya tenaga medis dan ambulans yang siap di lokasi. Padahal banyak jamaah sakit dan membutuhkan pertolongan segera, begitu turun dari pesawat.
''Kami sudah minta ke daker (daerah kerja-red) agar ada tenaga medis dan ambulans yang stand by di sini. Tapi sampai sekarang belum ada. Disini banyak yang sakit setelah mungkin kelelahan melakukan aktivitas di Indonesia dan perjalanan yang cukup melelahkan,'' kata Wakasektor Bandara, Karta, didampingi dua petugas posko M Yamin dan Sardi di Bandara Madinah.
Calon jamaah haji yang mendarat di Bandara Madinah ada 150 kloter terdiri atas 65.316 orang, sementara yang mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah 332 kloter atau 128.684 orang. Dari jumlah tersebut, 18% berusia di atas 60 tahun.
Perjalanan normal Jakarta-Jeddah atau Madinah ditempuh selama 9 jam 40 menit. Bagi kebanyakan jamaah yang hampir tidak pernah naik pesawat, perjalanan tersebut tentu sangat melelahkan dan menjemukan. Dalam kondisi itu, seringkali ada jamaah yang stres sehingga sakit atau memang sudah sakit sejak dari berangkat.
Pihak bandara sebenarnya sudah menyediakan ambulans dan tenaga medis. Namun jumlah mereka tidak memadai karena tidak hanya jamaah asal Indonesia yang dilayani. Tenaga medis bandara mengutamakan jamaah yang sakit parah.
''Padahal banyak yang butuh pertolongan. Bagaimana kalau misalnya dalam satu pesawat ada lima jamaah yang sakit dan benar-benar butuh bantuan?'' ujar Karta.
Kepala Misi Haji Indonesia Daker Madinah, Ahmad Jauhari Chariri, mengatakan,
aturan Tata Kota Madinah tak membolehkan mobil parkir di kawasan Markaziyah (daerah sekitar Mesjid Nabawi yang juga daerah tempat pemondokan jemaah) termasuk ambulan. Ambulan-ambulan itu stand by dengan cara berkeliling (“tawaf”) di seputar pemondokan jamaah Indonesia dekat dari Masjid Nabawi.
“Jadi, kalau ada pasien, ambulan-ambulan itu langsung bergerak ke lokasi yang membutuhkan,” ujarnya.
Klik: