Kamis, 2 Oktober 2025

Ledakan di Depok

Malam Mingguan Buyar saat Bom Meledak di Depok

Ketika penggeledahan berlangsung di rumah Muhammad Thoriq di Jalan Terate 7, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (14/9/2012)

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Malam Mingguan Buyar saat Bom Meledak di Depok
Adi Suhendi/Tribunnews.com
Tim Densus Kembali geledah rumah Thoriq

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketika penggeledahan berlangsung di rumah Muhammad Thoriq di Jalan Terate 7, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (14/9/2012), seorang anggota Gegana sempat berbicang dengan wartawan yang mencoba melihat aktivitas tim Gegana dan Densus 88 AntiTeror Polri di rumah Thoriq.

Tanpa mau menyebutkan namanya, anggota Gegana berpangkat bripda yang masih bujang itu berdiri di depan pintu rumah Thoriq dengan mengenakan seragam Gegana yang dilengkapi rompi anti peluru dan helm.

Dengan senjata laras panjang yang dipegangnya, ia tampak sigap mengamankan lokasi. Matanya tetap memantau semua pergerakan yang terjadi di sekitar rumah Thoriq.

Meskipun wartawan mengajaknya ngobrol, ia tetap sigap bila sebuah pergerakan terjadi di dalam rumah Thoriq, ia bergerak cepat mengamankan dan kembali ke posisinya semula.

Sang anggota Gegana tersebut bercerita tentang sekelumit pengalaman hidupnya menjadi anggota Gegana. Dalam benaknya, ia tidak pernah menyangka akan masuk dalam tim Gegana Korps Brimob Kelapa Dua, Depok.

Sebelum menjadi polisi, ia bercerita bahwa dirinya sempat mengikuti tes menjadi anggota TNI AL.

"Baru juga tes, saya kabur begitu saja, kemudian saya ikut tes di kepolisian," kata sang bripda.

Kemudian ia pun bergabung dengan Korps Polri pada 2009 dan menjadi anggota Brimob Kelapa Dua, Depok. Sebelum menjadi anggota Gegana, ia harus ikut kembali serangkaian tes.

Entah apa yang menjadi pertimbangan Polri yang mempercayai dirinya masuk dalam tim elite Brimob Polri "Gegana" yang memang butuh kemampuan dan keahlian khusus karena berhubungan dengan bahan peledak, dan penanggulangan tindak kejahatan yang berkaitan dengan aksi teror.

"Untuk menjadi anggota Gegana memang ada tesnya lagi, tidak hanya kita ingin saja," ujarnya.

Ia pun memang sudah tahu risiko menjadi anggota Gegana, salah-salah sedikit mengotak-atik bahan peledak, nyawa taruhannya.

Maka setiap bulan dirinya senantiasa diberikan pelatihan bagaimana menjinakan bom. Bahkan setiap bulannya ada tes psikologi untuk menentukan tingkat kestabilan emosi. "Setiap enam bulan sekali saya harus ikut tes psikologi," ujarnya.

Selama tiga tahun bergabung dengan Gegana, ia beberapa kali harus mengamankan bahan peledak. Seperti saat kasus bom buku 2011 silam dan bom Beji, Depok yang meledak pada 8 September 2012.

Selama berurusan dengan bahan peledak, ia tidak pernah takut, ia senantiasa percaya diri dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. "Biasa saja (kalau mengangkat bom)," ujarnya.

Ketika bom Beji meledak, sang bripda bercerita bahwa dirinya saat itu berjalan-jalan ke Kota Tua untuk sekedar menghilangkan rasa penat dengan sejumlah aktivitas sebagai anggota Gegana.

Saat itu, dari mes di Mako Brimob, polisi ini menuju Kelapa Dua, Depok, sekadar ingin menikmati malam minggu bersama teman-temannya.

Tiba-tiba ia mendapat panggilan dari sang komandan untuk bergegas ke Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok karena ada ledakan bom. Tanpa banyak pikir ia pun langsung bergegas pulang dan membawa perlengkapan untuk menjalankan tugasnya. "Malam minggu pun batal saat itu," ucapnya lalu tertawa kecil.

Ia menjadi orang yang mengangkat bahan-bahan peledak dan sejumlah bom aktif yang masih berada di dalam rumah yang disewa Yusuf Rizaldi.

Ia merasa yakin dengan temannya sudah menjinakan bom-bom yang ada di tempat ledakan tersebut. "Saya waktu itu yang membawanya. Tapi biasanya sebelum dibawa kan sudah dijinakan terlebih dahulu," ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa satu tim Gegana biasanya terdiri dari delapan atau sembilan orang. Bila bergerak, ia pasti bersama dengan tujuh temannya. Termasuk saat melakukan penggeledahan di rumah Thoriq yang kedua.

Ia tidak menyangka bahwa dirinya akan ditugaskan kembali untuk menggeledah rumah Thoriq pada malam akhir pekan.

Ia bercerita sejak pagi dirinya sudah berlatih dan berolah raga serta melakukan aktivitas rutin di Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Kemudian sekitar pukul 14.00 WIB dirinya melaksanakan apel. Setelah selesai mengikuti apel, ketika dirinya sedang membuka sepatu, tiba-tiba dirinya dipanggil untuk melakukan pencarian bahan peledak di rumah Thoriq. Kemudian dirinya pun berangkat dan tiba di lokasi sekitar pukul 17.15 WIB.

Tentu saja, rencananya untuk berakhir pekan kembali diurungkannya demi menjalankan tugas negara. "Ya seperti itu lah," ucap pria asal Padang ini.

Ternyata sang bripda pun merupakan teman satu angkatan dengan almarhum Bripda Suherman yang tewas dalam aksi baku tembak dengan kelompok teroris Farhan cs. Ia mengakui bahwa Bripda Suherman  merupakan orang yang taat beragama dan baik hati.

Namun cerita sang "Gegana" dengan wartawan harus berakhir ketika timnya membawa sebuah benda yang dimasukan ke dalam sebuah tas usai menggeledah rumah Thoriq.

Ia pun langsung bergegas mengamankannya menuju mobil. Sang Bripda pun langsung naik dan pergi meninggalkan lokasi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved