Pesawat Sukhoi Jatuh
Ibu Mertua Badai Kerispatih Punya Firasat Sebelum Kejadian
Badai "Kerispatih" terus menunggu perkembangan informasi mengenai keberadaan mertuanya, Kapten Herman Sulaji (70).
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badai "Kerispatih" terus menunggu perkembangan informasi mengenai keberadaan mertuanya, Kapten Herman Sulaji (70).
Mertua Badai ikut dalam penerbangan joy flight Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di kawasan pegunungan Salak, Bogor, Jawa Barat.
Badai bersama keluarga besarnya mengaku terus berdoa setiap malam demi keselamatan ayah mertuanya itu. Ia pun mengaku pasrah bila akhirnya ayahnya tidak selamat dalam insiden tersebut.
"Kalaupun (jasad) tidak utuh, tapi jasat ayah kami semoga bisa teridentifikasi," kata Badai di RS Sukanto Polri, Jakarta, Minggu (13/5/2012).
Istri Badai, Dewi Citra Asmarani lalu bercerita mengenai ayahnya itu. Ia mengaku tidak memiliki firasat terhadap kepergian ayahnya itu. Namun, ibundanya seperti merasakan ayahnya akan meninggalkan mereka.
"Mamah merasa papah banyak menggunakan kata-kata aneh atau yang tidak biasa papah lakukan," imbuh Dewi.
Minggu lalu, Dewi menceritakan, ayahnya akan menaiki pesawat menuju Brunei Darussalam. Keponakan Dewi yang tinggal bersama ayahnya sempat mengatakan ingin ikut ke Brunei. Namun, Ayah Dewi menolak permintaan tersebut.
"Mau kemana eyang ikut, jangan sekarang, eyang mau pergi jauh. Bagi kita itu mungkin firasat," kata Dewi.
Sementara Badai mengaku tidak memiliki firasat apapun. Tetapi ia sering bermimpi tentang ayahnya yang terlah meninggal pada 1999.
"Saya enggak mau ambil pusing sebagai orang beragama saya hanya percaya kepada Tuhan. Ya kalau ada kejadian itu, setiap hidup manusia ada waktu awal dan akhir," katanya.
Badai kemudian berbicara mengenai bantuan yang dijanjikan pihak Sukhoi terhadap keluarga korban. Sukhoi berjanji akan memberikan US 50.000 kepada keluarga korban. Badai mengaku mengapresiasi bantuan itu walaupun pembicaraan mengenai santunan belum dibicarakan hingga kini.
" Seberapapun besar santunan tidak mengembalikan ayah kami tapi kami menghargai bantuan itu," ujarnya.
Selain itu, gitaris Kerispatih itu juga menghargai kinerja Basarnas dan kepolisian. Badai mengaku terus mengikuti perkembangan secara langsung mulai hari pertama jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 hingga kini.
Ia pun tidak akan memaksa Basarnas bekerja cepat. Menurut Badai, hasil yang dicapai nantinya bisa tidak maksimal.
Lalu bagaimana dengan himbauan Polri agar keluarga korban menunggu saja di rumah ?
"Itu pilihan, kalau musik selera, kalau saya seleranya langsung ke TKP dan mengetahui informasi," tukasnya.