Sabtu, 4 Oktober 2025

Penangkapan Pejabat Kemennakertrans

Fauzi Mengaku Catut Nama Muhaimin

Lantaran kerap ditelepon oleh Nyoman, Dading dan Ali Mudhori serta Sindu Malik itulah, kata Fauzi, dirinya kemudian menyatut nama Menteri

Penulis: Vanroy Pakpahan
Editor: Yudie Thirzano
zoom-inlihat foto Fauzi Mengaku Catut Nama Muhaimin
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Penulis Agus Sunyoto (kiri) bersama Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar saat diskusi publik 66 Tahun Resolusi Jihad di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Minggu (23/10/2011). Diskusi tersebut untuk mengenang kembali makna 66 tahun Resolusi Jihad demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (tribunnews/herudin)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fauzi, mantan anggota tim asistensi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengaku mencatut nama Ketua Umum PKB itu. Fauzi mencatut nama Muhaimin lantaran kesal terus dikejar-kejar Noman Suisnaya dan Sindu Malik untuk mengambil uang Rp 1,5 miliar dari Dharnawati.

Fauzi mengaku tak pernah berkomunikasi dengan Muhaimin terkait pemberian dan atau penerimaan fee sebesar Rp 1,5 miliar dari Dharnawati. "Tidak pernah," katanya di Pengadilan Tipikor, Senin (19/12/2011).

Fauzi sendiri mengaku heran mengapa Nyoman Cs selalu mengkomunikasikan kepadanya perihal penerimaan dan permintaan uang tersebut. "Saya juga nggak tahu kenapa pada nelepon saya. Saya tidak pernah mengaku-ngaku orang kepercayaan menteri," ucapnya.

Dalam kesaksiannya, Fauzi mengaku tak pernah menyampaikan kepada Nyoman dan Dadong bahwa uang Rp 1,5 miliar adalah permintaan Menteri. Dia juga mengaku tak pernah menyampaikan dan menyanggupi akan membawa uang itu kepada Menteri. Pun Fauzi, tak pernah membicarakan soal Rp 1,5 miliar itu dengan Menteri Muhaimin. Dia juga mengaku Muhaimin tak pernah menyuruhnya untuk meminta Nyoman dan Dadong "menahan" atau menyimpan dulu uang Rp 1,5 miliar dari Dharna itu, di tangan mereka. "Tidak pernah," tuturnya.

Fauzi membantah dirinya terlibat dalam kasus ini. Dia bahkan mengaku pernah meminta kepada Ali agar tidak melibatkannya dalam kasus ini. "Saya hanya di telepon-telepon suruh nerima (uang). Saya pernah di telepon pak Nyoman, pak Dadong. Saya sering di telepon Ali Mudhori," katanya.

"Saya dipinjam kepercayaan untuk nerima uang itu karena yang lain tidak ada yang dipercaya. Saya sudah pernah nolak secara halus. 'Pak Ali jangan libatkan saya di urusan ini', tapi masih saja saya di teleponin. Waktu saya diminta jadi kepercayaan saya menolak," imbuhnya.

Meski mengaku pernah ditelepon Nyoman, Fauzi mengaku tak pernah bertemu Nyoman. Dia hanya mengenal sosok dan namanya. Saat ditelepon Nyoman, Fauzi hanya disuruh stand by tanpa diperjelas keperluannya stand by. "Itu Agustus 2011," katanya.

Lantaran kerap ditelepon oleh Nyoman, Dading dan Ali Mudhori serta Sindu Malik itulah, kata Fauzi, dirinya kemudian menyatut nama Menteri.

Dalam kesaksiannya, Fauzi juga memastikan Ali dan Nyoman tak pernah menyuruhnya menyampaikan uang Rp 1,5 miliar dari Dharna kepada Muhaimin. Dia juga mengaku tak mengetahui mau diberikan kepada siapa uang Rp 1,5 miliar itu.

Disinggung soal istilah Bos besar dan Ketum dalam pembicaraannya dengan Ali dan Sindu Malik Cs, Fauzi mengaku itu juga merupakan bentuk pencatutan. "Percakapan saya dengan Ali selalu menghindar, mengeles, melarikan, dengan mencatut nama Ketum, bos besar dan lain-lain," ucapnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved