Bom Bunuh Diri Solo
Bom Solo Dipicu Konflik Ambon?
PELAKU bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton Surakarta, diduga jaringan dari faksi-faksi yang terlibat dalam konflik Ambon.

Laporan Wartawan Tribun Jogja Krisna Sumargo
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - PELAKU bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton Surakarta, diduga merupakan jaringan dari faksi-faksi yang terlibat dalam konflik Ambon dan anak-anak SMK di Boyolali yang belajar membuat bom melalui Facebook. Mereka baru saja tertangkap oleh pihak kepolisian.
Hal ini dikemukakan Noor Huda Ismail, Pengamat Terorisme yang juga Pengarang Buku Temanku Teroris? kepada Tribun Jogja, Minggu (25/9/2011).
Ia mengemukakan, aksi ini untuk menunjukkan tiga hal, yaitu pertama, proses transfer knowledge untuk membuat bom sampai saat ini terus berjalan secara bertahap dan tersembunyi, meskipun aparat kepolisian telah melakukan penangkapan-penangkapan terhadap gembong teroris.
Kedua, orang-orang yang telah mendapatkan transfer ilmu bagaimana cara membuat bom dari gembong-gembong besar, telah terpecah-pecah ke faksi-faksi kecil di mana masing-masing berdiri sendiri tidak berhubungan dan tergantung dengan yang lain. Dan ketiga, menyampaikan pesan kepada pelaku-pelaku kombatan di Surakarta untuk bergerak menyikapi keadaan di Ambon.
"Pesan tersebut, berupa ajakan untuk kembali berjuang di Ambon yang sampai saat ini masih dianggap mereka belum ada penyelesaian yang adil," ujarnya seraya menyebut kota Surakarta dipilih, karena banyak selama ini di sana dikenal sebagai kota yang menyuplai kombatan-kombatan atau mujahid perang, seperti Ambon, Poso, Afganistan, Mindanao dan lain-lain.
Ia menegaskan, pola pengeboman di Gereja, sama dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada 2000, di mana banyak gereja yang diserang dan diledakkan dengan menggunakan bom untuk menarik konflik Ambon menjadi skala nasional.
"Yang membedakan, antara aksi bom tadi dengan tahun 2000 lalu, adalah pada masa lalu pelaku tidak melakukan bom bunuh diri," sergahnya.