Bom Bunuh Diri Solo
GP Ansor Desak SBY Nyatakan Perang Melawan Radikalisme
Gerakan Pemuda (GP) Ansor, meminta Presiden SBY, selaku kepala pemerintahan untuk menyatakan perang melawan kelompok radikal

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Masyarakat bagian dari Nadathul Ulama (NU), Gerakan Pemuda (GP) Ansor, meminta Presiden SBY, selaku kepala pemerintahan untuk menyatakan perang melawan kelompok radikal yang ada di Indonesia. Tuntutan tersebut muncul setelah aksi bom bunuh diri di Gereja Betel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, sekitar pukul 11.00 WIB, Minggu (25/9/2011).
"Kita minta Presiden SBY harus berani menyatakan perang terhadap tindakan radikalisasi apalagi yang mengatasnamakan agama. Negara tak boleh kompromi terhadap kelompok yang mengatasnamakan agama melakukan radikalisasi, negara tak boleh kompromi dan kalah, dan negara wajib memberikan perlindungan terhadap kebebasan beragama," seru Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid, dalam acara jumpa pers yang digelar di kantor sekretariat GP Ansor, Jakarta.
GP Ansor, menurut Nusron, menyatakan ikut turut serta dalam perang melawan kelompok radikal. Tindakan konkrit yang dilakukan GP Ansor, menurut Nusron, adalah dengan mengerahkan anggota Banser GP Ansor, menjaga gereja dan rumah ibadah lainnya.
"Sejak siang kami mengirimkan kader kita, Banser, dan mengadakan doa bersama di lokasi kejadian, bersama umat beragama lainnya, ini merupakan komitmen beragama kita dan Pancasila," serunya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah bom meledak di Gereja Betel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, sekitar pukul 11.00 WIB.
Diketahui satu orang tewas dan puluhan jamaah gereja luka-luka. Korban tewas dinyatakan oleh pihak kepolisian, merupakan pelaku peledakan.