Jumat, 3 Oktober 2025

Teror Bom Buku

Enam Terduga Bom Buku Hidup Tertutup

Tetangga kontrakan enam terduga pelaku bom buku hidup tertutup. Bahkan, sejumlah tetangga mengaku tidak tahu identitas pelaku bom buku.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Ade Mayasanto
zoom-inlihat foto Enam Terduga Bom Buku Hidup Tertutup
TRIBUNNEWS.COM/NURMULIA REKSO
Buku saat belum meledak.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Andri Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah tetangga kontrakan mengaku kaget dengan penangkapan enam terduga pelaku bom buku di dua rumah kontrakan wilayah Pondok Kopi, Jakarta, pada Kamis (21/4/2011) pagi.

Lokasi penangkapan berada di dua rumah kontrakan di Kampung Rawadas RT 01/03 No 81 dan No 72 Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Ketua RT 01/03, Murapih, menceritakan ada enam pedagang makanan dan sol keliling asal Tasikmalaya mengontrak di rumah kontrakan di wilayahnya sejak 2005. Karena, rumah kontrakan dibongkar, dua di antara enam orang itu, yakni pedagang bubur sumsum, Kalsum (55) dan anaknya pindah kontrakan ke rumah kontrakan No 72 pada Desember 2009. Dan empat orang sisanya pindah ke luar dari wilayah RT 01/03.

Di rumah kontrakan barunya, Kalsum mengajak seorang rekannya, yang berprofesi sebagai pedagang hamburger keliling pada Januari 2011. Namun, sejumlah tetangga Kalsum, termasuk Ketua RT, justru mengaku tidak tahu nama pedagang hamburger tersebut. "Saya enggak tahu namanya.  Tahunya, diajak sama pak Kalsum dan yang laporan ke saya cuma pak Kalsum itu," ujar Murapih.

Tetangga kontrakan Kalsum, Atis Sukarsih juga mengakui adanya perubahan sikap Kalsum dan anaknya setelah kedatangan tukang hamburger tersebut. "Dia dagang hamburger keliling, terkadang dagang di depan SD. Biasanya pak Kalsum suka nyapa kalau berangkat dan pulang dagang. Tapi, kontrakannya selalu ditutup setelah ada tukang hamburger datang," ujar Sukarsih.

Maryati, tetangga tiga terduga pelaku bom buku yang menghuni rumah kontrakan di No 81, juga mengungkapkan hal yang sama. "Kalau saya kenalnya cuma satu orang doang, yang dagang mainan sama jepitan rambut. Dia sama dua temannya memang tertutup. Jarang ngobrol sama tetangga. Tapi, saya juga nggak tahu namanya. Itulah bodohnya saya, kenapa bisa ngobrol tapi enggak tahu namanya," ujar Maryati.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved