Bom Bunuh Diri Cirebon
Basuki Larang Anak Bergaul dengan Warga Desa
Muchamad Basuki, adik Muchamad Syarif mengajari anaknya yang baru satu tahun untuk tidak bermain dengan anak warga desa.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muchamad Basuki, adik Muchamad Syarif, bukan saja sombong dan menutup diri Desa Trusmi Wetan, Blok Bangbangan, RT 13 RW 4, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Ia juga mengajari anaknya yang baru satu tahun untuk tidak bermain dengan anak-anak warga lainnya.
"Sama anaknya, dia bilang jangan bergaul dengan orang sini. Orang sini tuh setan. Padahal warga di sini bekerja di batik. Warga laki-laki sibuk mewarnai batik, yang perempuan ngebatik," ujar salah satu warga tetangga rumah mertua Basuki, H. Mainah, kepada Tribunnews.com, Selasa (18/4/2011).
Sementara itu warga lainnya Juanda, menilai Basuki jarang bergaul dan tertutup. Dia berbeda dari warga lainnya untuk cara berpakaian. "Pakaian memang berbeda. Kalau salat pakai jubah warna putih. Kalau pakai celana tiga perempat. Sehari-hari jarang di rumah," ujarnya.
Basuki menikahi Yulisnawati, anak juragan batik. Namun, usaha milik bapaknya bangkrut setelah ditinggal istrinya. Kini, Yulisnawati atau akrab disapa Lilis, masih memiliki sisa-sisa usaha. Di samping rumahnya, Lilis masih mempekerjakan beberapa warga untuk membatik.
Dari penggeledahan di rumah mertua Basuki, Tim INAFIS atau Unit Identifikasi TKP menemukan empat rangkaian bom. Dalam penggeledahan yang berjalan kurang lebih dua jam tersebut, Tim INAFIS membawa beberapa kantung barang bukti berupa.
Dari data yang dihimpun Tribunnews.com di lapangan, barang sitaan tersebut antara lain, empat rangkaian bom, komponen elektronik berupa kabel sepanjang 12 centimeter, potongan lampu pecah, satu rangkaian lampu led, 40 buku jihad, satu lembar ampelas bekas pakai, satu pijer