Kamis, 2 Oktober 2025

Calon Ketua Umum PSSI

Ari Junaedi: Keputusan PSSI Permainkan Akal Sehat

Pengamat komunikasi politik dan sepakbola Undip, Ari Junaedi mengakui pencoretan Toisutta dan Panigoro identik dengan kematian akal sehat

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Harismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pentas dagelan yang lebih lucu dari Opera Van Java kembali dihelat PSSI. Setelah sebelumnya soal 'penilepan' suara usulan kandidat ketua umum PSSI dan pemindahan lokasi Kongres Pemilihan Ketua Umum PSSI dari Pulau Bintan ke Pulau Bali, kini kehebohan soal pencoretan nama KASAD Jenderal TNI George Toisutta dan pemilik kelompok usaha Medco, Arifin Panigoro dari bursa calon pengganti Nurdin Halid.

Keputusan Komite Verifikasi Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Anggota Komite Eksekutif PSSI yang dibacakan fungsionaris PSSI, Syarif Bastaman di Jakarta, Sabtu (19/02/2011) kemarin mengundang tanda tanya besar.

Komite Verifikasi  hanya meloloskan nama Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie sebagai kandidat Ketua Umum PSSI di Kongres Bali, 26 Maret mendatang. Artinya setelah Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie yang terbukti gagal memoles prestasi PSSI dalam dua periode kepengurusan lalu, kembali diserahi menakhodai PSSI untuk 4 tahun mendatang.

Selain menggugurkan calon alternatif KASAD Jenderal George Toisutta dan pengusaha Arifin Panigoro, keputusan komote verifikasi PSSI sama saja 'mempermainkan' akal sehat. Nama Panigoro juga terlempar di bursa Wakil Ketua Umum PSSI.

Pengamat komunikasi politik dan sepakbola yang juga dosen Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang,  Doktor Ari Junaedi mengakui pencoretan Toisutta dan Panigoro identik dengan kematian akal sehat di tubuh PSSI.

"Keputusan Komite Verifikasi layak digugat  karena mengingkari suara arus bawah yang menghendaki adanya regenerasi dan pembersihan di tubuh kepengurusan PSSI. Jika nama Nurdin dan Nirwan tetap bercokol, ditambah Nugraha Besoes nantinya, sama saja PSSI masih terjangkit virus Mubarak dan Ben Ali," kata  Ari Junaedi menganalogikan Nurdin seperti rezim pemimpin tiran di Mesir dan Tunisia, Minggu (20/02/2011).

Ari Junaedi yang juga pengajar pascasarjana di Universitas Dokter Sutomo, Surabaya ini, pecinta dan suporter sepakbola tanah air pasti akan kecewa berat bahkan frustasi dan pada akhirnya bersikap masa bodoh jika kelompok status quo masih bercokol di kepengurusan PSSI.

"Entah mau bilang apa lagi, pengajuan banding yang hanya tiga hari bagi Toisutta dan Panigoro untuk menggugat keputusan komite verifikasi seperti hanya menjadi asesoris terjadinya demokratisasi di PSSI. Kita hanya bisa berharap vox popule vox dei atau suara rakyat adalah suara Tuhan masih bergema di arena Kongres Pemilihan Ketua Umum Bali, 26 Maret nanti," ujarnya

Mantan Staf Khusus Presiden Megawati Soekarnoputeri ini menilai, jejak rekam Tosiutta di keolahragaan seperti sepakbola di lingkungan TNI AD serta beladiri tidak perlu diragukan lagi. Demikian juga Panigoro yang menggulirkan Liga Medco Junior dan Liga Primer Indonesia, sangat besar artinya ketimbang andil Nurdin Halid di PSSI selama ini.

Namun yang pasti, lanjut Ari, melihat antusiasme pecinta bola saat Piala AFF 2010 kemarin serta suara-suara pembaruan yang dilontarkan berbagai komunitas dan jaringan supporter bola di seluruh tanah air, Ari Junaedi berharap  sebaiknya menjadi amunisi bagi Toisutta dan Panigoro untuk memainkan serangan di saat injury time yang hanya diberi waktu tiga hari tersebut untuk menggugat keputusan Komite Verifikasi.

"Soeharto di Indonesia, Ben Ali di Tunisia serta Mubarak di Mesir saja bisa dilengserkan penentangnya jika memang arus keadilan menghendaki,  masak hanya sekelas Nurdin Halid, pemilik suara di Kongres PSSI tidak bisa ?" Ari Junaedi menandaskan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved