Senin, 6 Oktober 2025

Sidang Gayus Tambunan

Inilah Pengakuan Denny Indrayana soal Istri Gayus

Mas Denny, saya Rani istri Gayus. Bolehkah saya telepon”.

Editor: Dahlan Dahi
zoom-inlihat foto Inilah Pengakuan Denny Indrayana soal Istri Gayus
dennyindrayana.blogspot.com
Denny Indrayana, Sekretaris Satgas Mafia Hukum
TRIBUNNEWS.COM - Denny Indrayana, Sekretaris Satgas Mafia Hukum, yang kini menjadi sorotan menulis soal komunikasinya dengan istri Gayus, Millana Angraeni, melalui kolom yang dimuat di Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network).

Rani adalah panggilan kesayangan Gayus untuk istrinya yang bernama Millana.

Tulisan Denny dipublikasikan Banjarmasin Post edisi hari Rabu ini.

Berikut tulisan lengkap Denny Indrayana:

Pagi hari di awal April 2010, telepon saya berbunyi. Ada pesan singkat yang masuk. Saya buka. Bukan dari seseorang yang nomornya tersimpan di telepon genggam saya. Isinya, “Mas Denny, saya Rani istri Gayus. Bolehkah saya telepon”. Sedikit terkejut, membaca pesan singkat tesebut saya diam-diam bersyukur. Saya dan Mas Achmad Santosa baru saja kembali dari Singapura. Kami berhasil membujuk Gayus Tambunan untuk kembali ke tanah air. Namun sudah beberapa hari kami tidak tahu bagaimana kondisi Gayus. Kami sedikit khawatir. SMS dari Rani saya syukuri, karena sebagai istri, Rani tentunya masih berkomunikasi dan mengetahui kondisi Gayus.

Tanpa menunggu lebih lama, saya segera menelepon Rani. “Gayus meminta saya menghubungi Mas Denny dan Mas Otta. Agar kasus hukum yang menjerat Gayus dapat berjalan lebih baik”. Terjadilah komunikasi. Kami kemudian berencana untuk menjenguk Gayus, memastikan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya baik-baik saja. Saat itulah untuk memudahkan komunikasi, kami saling bertukar PIN blackberry.

Komunikasi dengan Rani tersebut segera saya koordinasikan dengan anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang lain. Kode etik Satgas memang menyatakan berhubungan dengan pihak terkait memerlukan persetujuan. Kepada Ketua Satgas, Kuntoro Mangkusubroto yang lain, saya mohonkan izin untuk tetap menjalin koordinasi dan komunikasi dengan Rani. Dengan satu misi untuk mengungkap praktik mafia hukum yang menjerat Gayus, dan memastikan proses hukum berjalan dengan baik dan fair. Persetujuan dan izin dari Satgas saya peroleh.

Beberapa saat kemudian, saya dan Mas Achmad Santosa bertemu Gayus di rumah tahanan Brimob, Kelapa Dua. Ini adalah pertemuan kelima kami setelah tiga kali sebelumnya Satgas bertemu Gayus di kantor saya. Pertemuan keempat, adalah sewaktu kami bertemu Gayus di Singapura. Dalam pertemuan di rutan itu, kami memastikan Gayus betul-betul aman. Kami sempat juga menengok kamar tahanannya. Sangat ironis. Uang ratusan miliar yang diakuinya, membawanya berujung pada ruang sempit beruji besi.

Setelah itu, agak lama saya tidak berkomunikasi dengan Gayus, hingga kemudian suatu hari Rani mengirimkan pesan blackberry. Dalam pesan yang dimulainya tersebut, Milana mengungkapkan kerisauannya, “Gayus sehat. Dia Cuma takut, hakim sama jaksa dendam sama dia. Terus dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Dia juga khawatir karena para penyidik itukan teman-temannya Haposan juga. Yang nggak tertutup kemungkinan ‘pernah terima’ dari Haposan juga ...” saya tidak banyak komentar, “Insyaallah yang terbaik. Kita perjuangan terus. Tuhan beserta orang yang mau berbuat benar”. Demikian saya sampaikan untuk Rani dan Gayus terus kuat, tidak lagi masuk ke dalam proses hukum yang koruptif, sebagaimana proses hukum pertama dimana Gayus akhirnya membagi puluhan miliar uangnya kepada polisi, hakim, jaksa, advokat dan calo perkara.

Dalam komunikasi BB pertama itu pula, saya sempat menanyakan bagaiman versi cerita Gayus terkait pertemuan kami di Singapura. Masih banyak kalangan yang meragukan pertemuan tersebut. Rani pada dasarnya mengatakan, “Gayus bilang ini mungkin dipertemukan Allah... memang benar waktu itu mau cari makan buat saya... iya ke lucky plaza. Maklum orang Indo. Kemana-mana carinya masakan padang juga”. Untuk pesan BB kedua tersebut, saya laporkan dan bagi informasinya kepada anggota Satgas dan tim asistensi. Hasil pembicaraan saya cetak dan dibaca beberapa rekan asistensi untuk menjadi dokumentasi kerja Satgas.

Setelah itu, cukup lama tidak ada komunikasi saya dengan Rani. Hingga pada bulan 9 Agustus 2010, Rani kembali mengirimkan pesan BB. Mengucapkan selamat memasuki bulan puasa. Saya tidak membalas pesan tersebut. Baru ketika 6 September, Rani kembali memulai mengirim pesan BB-nya, saya menjawabnya dengan sangat singkat. Rani kembali mengungkapkan kerisauannya. “Mas... Mohon bantuan Mas Denny sesuai kapasitas dan kemampuan Mas Denny karena abang telah jujur dan kooperatif selama ini ... dia telah mengungkapkan semua yang dia ketahui mohon dihargai. Karena dengan dia ungkap semua malah semakin banyak pasal yang menjeratnya ...” Saya jawab singkat, “Semoga apapun hasilnya yang terbaik. Selamat hari raya”.

Komunikasi selanjutnya pada tanggal 8 November. Saya dan istri yang sedang naik haji terkejut membaca berita Gayus keluar dari tahanannya, dan menonton tenis ke Bali. Dari Madinah, saya kirim pesan BB, dan menanyakan kebenaran informasi itu. Rani membantahnya, “Maaf mas itu fitnah” tegasnya. Namun dua hari kemudian, Gayus mengakui bahwa dia memang keluar tahanan. Segera saya tanyakan dan meminta kejujuran Rani. Terjadilah dialog yang cukup panjang. Di dampingi istri saya, kami saling berbalas pesan BB.

Saya mencoba meyakinkan Rani untuk tidak terus berbohong. Saya katakan, mari jujur dan menolak rezeki hasil korupsi. Saya tegaskan, “Sampaikan saja apa adanya. Semuanya. Allah akan menolong ... Allah tak mungkin menolong kebohongan ... allah pasti menolong kejujuran”. Intinya pada komunikasi yang cukup panjang tersebut saya berusaha keras agar Rani berhenti menutup kebongan. Agar Rani segera berkata jujur. Karena Rani sebagai istri tahu benar apa yang dikerjakan Gayus. Rani tentunya menyimpan banyak informasi strategis tentang masalah mafia hukum yang menjerat suaminya. Misalnya, untuk apa Gayus ke Bali dan berkunjung ke beberapa negara.

Rani ikut di dalam semua perjalanan Gayus tersebut, sehingga tentunya mengetahui untuk motif apa Gayus melakukan semua perjalanan yang beresiko tersebut. Karenanya, kejujuran Rani adalah salah satu kunci untuk mengungkap kasus Gayus. Lalu kenapa saya yang meminta dan berusaha membujuk Rani untuk tidak lagi berbohong justru dipersalahkan oleh kuasa hukumnya? Sejak kapan mengajak untuk jujur menjadi keliru?

Untuk lebih mengetahui utuh, ada baiknya saya sarankan membaca transkrip lengkap pembicaraan saya dengan Rani yang bisa dilihat dalam pemberitaan online tanggal 14 Januari 2011 di detikcom atau tempo newsroom.

Tentang komunikasi BB terakhir inipun telah saya laporkan kepada Mas Achmad Santosa dan Yunus Husein. Sehingga ketika berita tentang BB ini dimunculkan kuasa hukum Rani, kami sebenarnya enggan untuk menanggapi. Agar fokus ikhtiar tetap dalam upaya mengungkap mafia hukum Gayus. Namun karena informasi yang muncul kemudian cenderung sepotong-potong, akhirnya Satgas memutuskan membuka semua isi pembicaraan BB saya dengan Rani tersebut. Komunikasi mana telah ditegaskan dilaksanakan dalam kerangka melaksanakan tugas Satgas, untuk menggali informasi strategis dari Rani terkait kasus Gayus.

Kalaupun kemudian ada upaya melaporkan saya ke polisi, ataupun Majelis Ulama Indonesia, saya sebenarnya tidak paham apa relevansinya. Tetapi kuasa hukum memang terkadang punya caranya sendiri untuk membela kliennya. Dan bagi saya, ketika menerima perintah Presiden SBY untuk memberantas mafia hukum, resiko apapun memang harus siap dihadapi sebagai konsekuensi perjuangan. Jika meminta Rani Gayus, untuk jujur berujung pada laporan polisi, itulah resiko perjuangan.

Yang pasti, dalam menghadapi mafia hukum, kita tidak pernah boleh menyerah. Karena menyerah berarti kalah. Haram manyarah waja sampai kaputing. Doa and do the best. Keep on fighting for the better Indonesia. (*)


Denny Indrayana
Guru Besar Hukum Tata Negara UGM
Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, HAM & Pemberantasan KKN

Berita Terkait:
* Inilah Testimoni Lengkap Gayus Tambunan

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved