Nilai Kepahlawanan Ratu Kalinyamat Harus Menjadi Teladan Anak Bangsa
Alamsyah (Dosen Sejarah UNDIP), Deni Riyadi, MM (Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Propinsi Jawa Tengah).
"Dia menguasai jaringan interaksi sosial yg luas secara internasional pada abad-16," ujarnya
Secara politis, Ratu Kalinyamat berusaha untuk memperkuat potensi politik dan militer sebagai modal mengusir antikolonialisme Portugis.
Secara ekonomi, ujar Chusnul, Ratu Kalinyamat mengembangkan wilayah Jepara menjadi industri galangan kapal terbaik dan terbesar di Asia Tenggara, penghasil beras, pelabuhan terpenting di Pantura.
"Ratu Kalinyamat berhasil menjadi pemimpin terhebat dari Kerajaan Demak dan Jepara, ia menjadi puncak kekuasaan di tengah budaya patriarkhi yang menjadikan laki-laki berkuasa atas perempuan," ujar Chusnul.
Pada kesempatan itu, Wakil Ketua DPRD Jepara, H Pratikno mengajak masyarakat Jepara untuk membumikan semangat kejuangan Ratu Kalinyamat dalam setiap sanubari dan menjadikan pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional Perempuan Perintis Antikolonialisme menjadi gerakan bersama seluruh warga Jepara.
Karena, menurut Pratikno, pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat pada 1549 – 1579, Jepara menjadi bandar terbesar pesisir utara Jawa yang memiliki peran strategis dalam pengembangan perdagangan antar pulau.
Di samping itu, tambahnya, untuk menjaga kedaulatan Jepara, Ratu Kalinyamat juga
membangun armada militer yang sangat kuat dan hubungan militer, perdagagangan dan budaya. Untuk mendukung ekonomi, perdagangan dan militer Jepara memiliki industri galangan kapal yang besar.
Peran Ratu Kalinyamat dalam syiar Islam dan pengembangan seni ukir juga sangat besar. Pembangunan Masjid Mantingan pada tahun 1559 Masehi menjadi bukti peran besar Ratu Kalinyamat .
Ketua Pusat Studi Ratu Kalinyamat UNISNU Jepara, Murniati menilai Ratu Kalinyamat adalah sosok muslimah keturunan para bangsawan kerajaan Islam Jawa di Demak dan merupakan cucu dari Raden Patah pendiri kerajaan Demak.
"Jika kita menelusur gerakan perempuan di Indonesia, Ratu Kalinyamat adalah sosok perempuan Jawa yang mempunyai jiwa nasionalisme sangat kuat," ujar Murniati.
Bila bicara gerakan perempuan oleh para tokoh gerakan perempuan kontemporer, jelas Murniati, tentu akan tampak kesadaran terhadap gender equal dan equal leadership sudah dipraktekkan oleh sosok Ratu Kalinyamat jauh sebelum istilah tersebut selalu menjadi “kata kunci” para pegiat gerakan perempuan.
Ratu Kalinyamat adalah sosok Ratu Jepara yang yang telah membuktikan mampu menjadi penguasa Jepara dari gender perempuan yang memerintah antara tahun 1549-1579 M ditandai dengan Condro Sengkolo “Trus Karya Tataning Bumi” yang sekarang dijadikan landasan peringatan hari jadi Jepara.
Karena itu, tegas Murniati, Pusat Studi Ratu Kalinyamat UNISNU Jepara mendorong pemerintah Kabupaten Jepara untuk memberikan dukungan baik formil, moril maupun material atas pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional.
Sejarawan Universitas Diponegoro, Dr. Agustinus Supriyono berpendapat, tokoh Ratu Kalinyamat kurang populer dan kurang mendapat perhatian dalam historiografi Indonesia, yang pada gilirannya juga kurang mendapat penghargaan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme Barat.
Hal itu, menurut Agustinus, bisa terjadi karena historiografi Indonesia masih terpengaruh oleh historiografi Barat khususnya Belanda yang bersifat Eropasentris atau lebih khusus lagi Nerlandosentris.