Nilai Kepahlawanan Ratu Kalinyamat Harus Menjadi Teladan Anak Bangsa
Alamsyah (Dosen Sejarah UNDIP), Deni Riyadi, MM (Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Propinsi Jawa Tengah).
Berdasarkan delapan sumber primer dari penulis Portugis, terungkap bahwa empat kali Ratu Kalinyamat memelopori dan menggerakkan aliansi Kesultanan Muslim (yaitu Johor, Aceh, Maluku dan Jepara) untuk mengusir Portugis dari Malaka dan Maluku, serta menciptakan kesejahteraan bersama di antara anggota
aliansi.
"Berdasarkan sumber primer yang dipadu historiografi lokal itu, kami mendukung agar Ratu Kalinyamat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional sebagai perempuan perintis antikolonialisme 1549-1579," ujar Sa'dullah.
Dosen sejarah Universitas Diponegoro Alamsyah menilai, berdasarkan sumber primer dan sekunder dari catatan perjalanan dan surat-surat orang Portugis pada abad ke-16 yang menyebut Rainha da Japara (Ratu dari Jepara) dan dibandingkan dengan sumber sekunder dalam Historografi Tradisional seperti Babad Tanah Jawi, Babad Serat kandaning Ringgit Purwa, Sejarah Banten, Hikayat Hasannudin menyebut secara eksplist nama Ratu Kalinyamat pada periode yang sama dengan sumber primer tersebut.
Menurut Alamsyah, secara akademik dengan berbasis pada sumber primer dan sekunder, Ratu Kalinyamat telah berperan atau berkontribusi nyata melawan kolonialisme yang menjadi embrio terbentuknya NKRI.
Presiden Direktur Institute for Maritime Studies, Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan, negeri ini pernah memiliki tokoh perempuan yang bukan saja pemikiran, tetapi keberanian dan wawasannya terkait kekuatan militer dan maritim, melampaui zamannya.
Di bawah kepemimpinannya pada 1549-1579, ujar Connie, Ratu Kalinyamat berhasil membawa Jepara ke puncak kejayaannya.
Kemampuan industri dan kekuatan militer yang dibangun, ungkapnya, mampu memimpin era industrialisasi maritim Asia Tenggara
Selain itu, tambah Connie, Ratu Kalinyamat tampil sebagai pemimpin aliansi kekuatan di kawasan (Johor, Aceh, Maluku).
Visi Ratu Kalinyamat dalam aliansi itu, ungkap dia, adalah mencapai kesejahteraan bersama dan menghilangkan ancaman musuh yang besar kala itu Portugis.
Ratu Kalinyamat, jelas Connie, merupakan perempuan pelopor yang merintis Indonesia sebagai negeri poros maritim dunia dari abad XVI, sekaligus perintis antikolonialisme.
Sepak terjangnya yang dikenal gagah berani, hebat, dan digdaya sehingga Portugis pun memberikan gelar yang sangat menggetarkan kepadanya yaitu Rainha de Japira, Senhora Poderosa e Rica, yang artinya Ratu Jepara, perempuan kaya dan sangat berkuasa.
Kepala bidang Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Deni Riyadi mengapresiasi bukti akademis kepahlawanan Ratu Kalinyamat yang diungkapkan oleh para pakar tersebut.
Deni berkomitmen, pihak Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah segera menindaklanjuti hasil kajian tersebut untuk diproses sebagai bagian dari dokumen pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional ke pemerintah pusat.
Dosen sejarah Universitas Dipoengoro yang juga anggota Tim Pakar Ratu Kalinyamat, Chusnul Hayati berpendapat, secara sosial, Ratu Kalinyamat telah berjasa dalam menjaga keamanan bangsa dari gangguan ancaman kekuatan asing.
Perlawanannya terhadap Portugis di Malaka dilakukan sebagai manifestasi perlindungannya terhadap pemukiman orang Jawa. Demikian pula yang dilakukannya di Hitu juga dalam rangka menjaga keamanan perdagangan dan pelayaran yang dilakukan orang Jawa dan pedagang dari wilayah Nusantara lainnya.