Jumat, 3 Oktober 2025

Lebaran 2025

Kisah Perawat Makam Tanah Kusir, Berkah Lebaran hingga Tantangan Pekerjaan

Para perawat makam sepenuhnya mengandalkan pendapatan dari para peziarah atau ahli waris yang mempercayakan perawatan makam keluarga mereka.

Editor: Willem Jonata
Grace Sanny Vania
PERAWAT MAKAM - Dodi (51) tengah dan Ilik (48) kanan bercerita tentang berkah saat momen lebaran dan tantangan yang mereka hadapi selama melakoni pekerjaan sebagai perawat makam di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Selasa (1/4/2025) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana haru dan khidmat menyelimuti Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan, saat momen Lebaran tiba.

Dari pantauan Tribunnews.com ratusan peziarah dari berbagai penjuru memadati area pemakaman untuk mendoakan dan mengenang sanak saudara yang telah berpulang.

Di tengah ramainya peziarah, para perawat makam seperti Dodi (51) dan Ilik (48) yang sehari-hari bertugas merawat dan membersihkan makam, ikut merasakan berkah dari peningkatan kunjungan tersebut.

“Ya lumayan lah peningkatannya. Namanya kita cari rezeki. Kalau peziarah banyak kan dapat rezeki,” kata Dodi di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Senin (1/4/2025).

Dodi mengaku telah melakoni pekerjaan sebagai perawat makam selama 10 tahun, sementara Ilik berkisar sekitar 5 tahunan.

Lonjakan kunjungan peziarah di TPU Tanah Kusir bukan hanya terjadi saat Lebaran, tetapi juga pada hari-hari besar keagamaan lainnya, seperti Natal dan Imlek.

“Di bulan 12 tanggal 25 Natal tuh rame terus Tahun Baru Imlek. Kalau sekarang kan lagi Islam kan, bulan Ramadhan Lebaran itu rame,” jelasnya.

Para perawat makam memiliki tugas yang beragam, mulai dari membersihkan kuburan setelah digali, merawat rumput dan keramik makam, tak jarang mereka juga membantu peziarah menemukan lokasi makam yang dicari.

“Ya kalau ada yang mau dikuburin, ya nguburin. Kalau nggak ada, ya ngebersihin. Kita disini ada bagian-bagiannya. Ada bagian penggalian, ada bagian pembersihan, ada bagian rawat. Kalau bagian rawat, ya dia merawat aja. Misal rumput itu dijagain biar ga panjang, kalau ada tanahnya yang nggak bagus, dibagusin. Atau disuruh pasang batu atau keramik. Tergantung ahli warisnya maunya apa,” kata Dodi.

“Ada yang datang (peziarah) misalnya dia nggak tahu tempatnya di mana. Bingung kan dia terus nanya Pak yang namanya ini di mana? Siapa yang merawatnya? Ya terus kita cariin. Kalau memang ada rezeki dikasih sama dia. Kita nggak minta, seikhlas dia, nggak paksa,” lanjutnya.

Ilik dan Dodi memaparkan tantangan para perawat makam dalam melakoni pekerjaan ini adalah mereka bekerja tanpa gaji yang pasti dan tetap.

Para perawat makam sepenuhnya mengandalkan pendapatan dari para peziarah atau ahli waris yang mempercayakan perawatan makam keluarga mereka.

“Ahli waris misalnya percayain saya nih, kalau ngerawatin misalnya sebulannya 100 ribu, ya nggak semua 100 ribu ada yang 50 ribu, ada yang 150 ribu. Tergantung kebaikan hati ahli waris aja. Kalau ahli warisnya orangnya baik ya dilebihin. Kan ada juga yang enggak. Ya macem-macem. Tapi kalau dari TPU nggak ada,” katanya.

Selain ketidakpastian pendapatan, para perawat makam juga menghadapi tantangan lain, seperti komplain dari ahli waris yang kurang puas dengan perawatan makam.

“Kadang-kadang kita ngurus (makam) ditanggungjawabin, kadang-kadang kita lupa, tau-tau dia (peziarah) datang, keadaan posisinya makam itu kayak kotor, dia marah-marah sama kita, kan sakit juga. Saya pernah diomelin sama om-om gitu, sampe gimana gitu, marahnya sampe kelewat. Kayak gitu kan masih membekas lama,” katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved