Rabu, 1 Oktober 2025

Imlek 2025

Kisah Ko Ayu dan Barongsai, Sempat Dilarang di Era Soeharto Hingga Kembali Banjir Rezeki Saat Imlek

Yunardi alias Ko Ayu seorang pelatih barongsai di Glodok Jakarta Barat mengaku kerap kebanjiran rezeki saat perayaaan Imlek

Tribunnews.com/ Mario Sumampow
PELATIH BARONGSAI - Yunardi alias Ko Ayu seorang pelatih barongsai saat ditemui di kediamannya Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, Rabu (29/1/2025). Ko Ayu menceritakan pasang surut kesenian barongsai yang digelutinya sejak tahun 1970. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yunardi, seorang pelatih barongsai, kebanjiran rezeki setiap perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek

Warga Glodok, Tamansari, Jakarta Barat biasa disapa Ko atau Koko Ayu.

Tidak sulit mencari lokasi rumah pria berusia 75 tahun ini.

Cukup menyebut nama Ko Ayu, warga sekitar langsung tahu.

Ko Ayu diketahui selain berprofesi sebagai pelatih barongsai, ia juga merupakan mantan Ketua RT 002/003 di kawasan tempat tinggalnya. 

Warga setempat bakal langsung memberikan petunjuk arah menuju sebuah rumah yang berada di pinggir aliran Kali Krukut bila menanyakannya.

Baca juga: Sehari Sebelum Perayaan Imlek, Sarwendah Lakoni Pantangan Keramas, Membersihkan Rumah Pun Tidak

Rumahnya tampak sederhana. Didominasi cat berwarna biru.

Di sebelah pintu masuknya tampak seng dan beberapa barang rongsok menumpuk.

Jika sedikit mengintip ke dalam melalui pintu masuk, rumah Ko Ayu penuh dengan ragam perabotan yang meski terlihat berantakan tapi semuanya seperti tertata sesuai tempatnya.

Saat ditemui Tribunnews.com, Rabu (29/1/2025), ia baru saja menyelesaikan tugasnya menjadi penampil pertunjukkan barongsai. 

Baca juga: Kemeriahan Imlek di Rumah Sarwendah, Ada Barongsai hingga Tradisi Bagi-bagi Angpao

Ada empat acara yang harus Ko Ayu dan timnya hadiri hari ini.

Satu kali pertunjukkan, mereka disewa dengan harga Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta. 

Menurutnya, nomial itu masih masuk dalam standar harga yang murah mengingat tim Ko Ayu terdiri dari 12 hingga 14 orang. 

“Murah lah, Rp 3,5 sampai 4 juta. Satu tim, kurang lebih (anggota) 12 sampai 14 lah,” ujarnya. 

Selain menjadi penampil tarian tradisional Tiongkok, sehari-harinya anggota tim Ko Ayu merupakan pekerja kantoran dan ada juga yang berkerja sebagai driver ojek daring.

Dalam perayaan Imlek 2025 ini, Ko Ayu dan timnya bakal kecipratan rezeki untuk beberapa hari ke depan. 

Pasalnya, panggilan demi panggilan untuk Ko Ayu menampilkan aksi barongsai masih terus berlanjut hingga perayaan hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh. 

Latihan di Vihara dan Sekolah 

Sehari-hari Ko Ayu melatih timnya di beberapa kawasan vihara.

Ia sudah bergelut dengan dunia barongsai sejak tahun 70-an. 

Selain itu, seminggu sekali, ia disewa pihak sekolah untuk mengajar hal serupa kepada para siswa.

Ia dibayar Rp 150 ribu per satu kali latihan. 

Anggota timnya sudah beregenerasi.

Namun, Ko Ayu masih tampak bugar untuk orang tua seusianya. 

“Yang udah ngikut lama, yang udah pada berkeluarga, keluar. Jadi masuk generasi baru lagi. Terus aja. Paling dia kuat, bisa ngikut ke saya, 5-6 tahun, kemudian enggak sampai puluhan tahun. Udah berkeluarga, dia setop,” jelas Ko Ayu. 

Kini timnya tidak hanya mereka yang beretnis Tionghoa saja.

Ko Ayu membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang hendak belajar seni yang sudah mulai populer sejak 420-589 Masehi. 

“Sekarang udah campur. Udah pribumi, udah boleh ikut juga. Anak buah saya saja, pribumnya separuh-separuh, 40-an, 20 pribumi, 20 non-pribumi, campur gitu. Udah milik seluruh bangsa, enggak milik satu etnis,” katanya.

Sempat Kesal Pertunjukan Barongsai Dilarang di Era Soeharto

Pertunjukan barongsai sempat dilarang di era Presiden Soehato.

Pada tahun 1967, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 yang membatasi aktivitas budaya Tionghoa di ruang publik, termasuk perayaan Imlek dan pertunjukan barongsai.

Larangan itu baru dicabut setelah reformasi, tepatnya tahun 2000 saat Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menghapus Inpres tersebut.

Sejak itu, barongsai kembali tampil bebas di acara-acara Imlek dan budaya lainnya di Indonesia.

Ko Ayu sudah akrab dengan dunia barongsai sejak ia menginjak usia 17 tahun.

Adanya larangan pemerintah kala itu membuatnya kecewa.

“Dilarang sama Soeharto, dianggap politik. Saya tuh udah jadi pemain, udah umur 17 pada waktu itu. Jadi perkumpulan saya ditutup. Ditutup sampai 30 tahun, 32 tahun. Baru dibuka sama Pak Gus Dur tahun 2002,” kenang Ko Ayu. 

Padahal menurutnya barongsai murni merupakan sebuah kesenian.

Ko Ayu menyayangkan langkah Soeharto kala itu, sebab mengafiliasi budaya dengan spektrum politik. 

“Aduh Soeharto, betul-betul. Padahal barongsai itu cuma kesenian. Enggak ada urusan sama politik, dianggap ada PKC di situ, Partai Komunis Cina. Dianggap perkumpulan itu, jadi ngumpul-ngumpulin orang komunis. Padahal, kita kan bukan Komunis,” tuturnya. 

Sekarang, Ko Ayu sangat bersyukur atas kebijakan Gus Dur.

Ko Ayu dapat tumbuh dalam komunitasnya. 

Bersama-sama kini mereka mempertahankan kebudayaan serta saling membuka pintu rezeki bagi satu sama lain.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved