Kamis, 2 Oktober 2025

Peneliti BRIN Ungkap Limbah Sumber Paracetamol di Teluk Jakarta, Harus Diteliti Lebih Lanjut

Anggota tim peneliti dari BRIN, Zainal Arifin mengatakan, masih perlu penelitian lebih lanjut terkait sumber paracetamol di Ancol, Jakarta Utara.

Editor: Wahyu Aji
dok. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melakukan pengambilan sampel air laut untuk mendalami kabar Teluk Jakarta yang diduga tercemar Paracetamol. 

Menurut Netty, pengelolaan limbah farmasi harus menjadi perhatian pemerintah. 

Apalagi  pada saat pandemi, di mana konsumsi obat-obatan meningkat yang berdampak pada tingginya limbah. 

Oleh sebab itu, Netty mendorong pemerintah agar mengatur tata kelola limbah farmasi dengan tegas, terutama pengelolaan limbah cair, baik yang diproduksi rumah tangga maupun pabrik. 

"Sikap tegas diperlukan agar tidak berdampak buruk pada kerusakan lingkungan. Harus ada sanksi bagi rumah tangga,  apartemen, industri dan lain-lain yang membuang  limbah cair  sembarangan," katanya. 

Selain sanksi, kata Netty, pemerintah juga harus melakukan edukasi kepada publik terkait pemakaian produk farmasi yang benar. 

"Edukasi dan sanksi akan membuat  masyarakat lebih bertanggung jawab soal pengelolaan limbah. Sisa obat yang tidak  digunakan tidak boleh dibuang sembarangan," ucap Netty.

Baca juga: Ini Dugaan Awal Sumber Paracetamol di  Teluk Jakarta

Lebih lanjut, Netty meminta agar pemerintah DKI segera melakukan investigasi penyebab tingginya kadar paracetamol di perairan Teluk Jakarta. 

"Apakah ini akibat  konsumsi masyarakat yang tinggi atau memang berasal dari industri atau rumah sakit yang sistem pengelolaan air limbahnya sembarangan. Tindak tegas apabila terjadi kelalaian agar menjadi pelajaran bagi yang lainnya tentang pentingnya menjaga lingkungan," pungkasnya.

Dugaan awal sumber pencemaran

Sebuah penelitian menunjukan air laut Teluk Jakarta tercemar Paracetamol.

Paracetamol terdeteksi di dua situs, yakni muara sungai Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta.

Konsentrasi Paracetamol yang cukup tinggi, meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.

Petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta membawa sampel air laut yang telah diambil dari daerah Angke saat berada di Dermaga Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021).
Petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta membawa sampel air laut yang telah diambil dari daerah Angke saat berada di Dermaga Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). (Warta Kota/Junianto Hamonangan)

Paracetamol merupakan salah satu kandungan yang berasal dari produk obat atau farmasi yang sangat banyak dikonsumi oleh masyarakat Indonesia secara bebas tanpa resep dokter.

“Hasil penelitian awal yang kami lakukan ingin mengetahui apakah ada sisa parasetamol yang terbuang ke sistem perairan laut,” papar Zainal Arifin, sebagai salah satu anggota tim peneliti dari BRIN dalam siaran persnya, Senin (4/10/2021).

“Kami melakukan dua lokasi utama, yaitu di Teluk Jakarta dan Teluk Eretan. Kosentrasi paracetamol tertinggi ditemukan dipesisir Teluk Jakarta, sedangkan di Teluk Eretan tidak terdeteksi alat,” lanjut Zainal. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved