Kamis, 2 Oktober 2025

Banjir di Jakarta

Gugat Anies Baswedan Rp 100 Juta, Korban Banjir: Terakhir Banjir Tahun 2007 dan Tidak Setinggi Ini

Suminem warga Pesanggrahan Jakarta Selatan gugat Anies Baswedan Rp 100 juta, terakhir banjir saat zaman Gubernur Fauzi Bowo atau Foke.

Penulis: Ifa Nabila
YouTube tvOneNews
Suminem Patmosuwito, satu di antara korban banjir Jakarta diminta menyampaikan keluh kesahnya kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

TRIBUNNEWS.COM - Suminem Patmosuwito, satu di antara korban banjir Jakarta yang menggugat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengajukan tuntutan ganti rugi Rp 100 juta.

Suminem menyebut terakhir kali mengalami banjir pada tahun 2007 silam dan itu pun debit airnya tidak sebanyak sekarang.

Dilansir Tribunnews.com, hal ini disampaikan Suminem dalam tayangan Kabar Petang unggahan YouTube tvOneNews, Minggu (12/1/2020).

Suminem adalah seorang pedagang sembako yang tinggal di rumah dua lantai daerah Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Pemukiman tempat tinggal Suminem berada di dekat sungai dengan rumah yang saling berdempetan serta jalanan yang cenderung sempit.

Meski rumahnya berada di dekat sungai, namun Suminem sudah lama tidak mengalami banjir, yakni terkahir kali pada 2007.

Tinggi rendaman banjir pada 2007 silam pun tidak setinggi tahun 2020 ini.

Namun, rumah Suminem saat itu masih sangat sederhana sehingga bangunanya mengalami kerusakan parah.

Suminem Patmosuwito, satu di antara korban banjir Jakarta yang menggugat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan kisah sedihnya.
Suminem Patmosuwito, satu di antara korban banjir Jakarta yang menggugat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan kisah sedihnya. (YouTube tvOneNews)

"Pernah dulu tahun 2007, tinggian sekarang," ujar Suminem.

"Cuma kan saya rumahnya waktu itu kusennya masih biasa, semua biasa, habis," sambungnya.

Suminem yang berjualan sembako menyebut kerugian terbesar ada pada barang dagangannya yang basah akibat terendam banjir.

Kini Suminem membulatkan tekad untuk mengajukan gugatan melalui Tim Advokasi Korban Banjir Jakarta.

Ia berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih peduli terhadap korban banjir, terutama tim medis.

Pasalnya, tidak ada pihak Pemprov Jakarta yang datang untuk memberi bantuan ke tempat Suminem.

"Saya ingin sampaikan pemerintah lebih peduli sama yang dekat-dekat sungai," pesan Suminem.

"Terus ada perhatian, kalau ada banjir tuh tim kesehatan datang, apa ada tim yang pedulilah ke bawah, ini enggak," tuturnya.

Perjuangan saat Banjir

Awalnya, Suminem menceritakan perjuangan dirinya dan keluarga di tengah banjir tanpa makanan hingga tak ada bantuan sama sekali pihak Pemprov Jakarta.

Suminem menceritakan banjir turun semalaman dan paling deras terjadi pada 1 Januari 2020, pagi.

Keluarganya tak sempat menyelamatkan banyak barang berharaga lantaran banjir turun begitu cepat seperti banjir bandang hingga setinggi 3 meter.

"Mungkin dari jalanan kurang lebih 3 meteran kurang sedikit ya," ujar Suminem.

"6 pagi (mulai banjir), cepat naiknya kayak banjir bandang," terangnya.

Akibar banjir itu, keluarga Suminem dan para tetangga terpaksa bertahan di lantai dua dan atap rumah mereka.

Selama sehari semalam, Suminem dan para tetangga tidak bisa makan.

"Enggak (makan), habis enggak sempat, kompor terendam semua," kata Suminem.

Padahal Suminem sempat memiliki nasi sisa kemarin dan malah terjatuh ketika dibawa ke atas.

Saudara Suminem sempat menawarkan bantuan makanan namun ternyata percuma.

SAMPAH DI PINTU AIR - Warga sedang  mencari barang yang bisa di  manfaatkan  antara tumpukan  sampah  sisa banjir yang masih  bertumpuh di Pintu air Karet, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2020). Susahnya  medan  untuk mengunakan alat berat membuat  3  dari 4 pintu air  tidak berfungsi penuh karena terganjal  aneka sampah.--Warta Kota/henry lopulalan
SAMPAH DI PINTU AIR - Warga sedang mencari barang yang bisa di manfaatkan antara tumpukan sampah sisa banjir yang masih bertumpuh di Pintu air Karet, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2020). Susahnya medan untuk mengunakan alat berat membuat 3 dari 4 pintu air tidak berfungsi penuh karena terganjal aneka sampah.--Warta Kota/henry lopulalan (WARTA KOTA/henry lopulalan)

"Sore itu ada nasi sedikit, dibawa ke atas tumpah, terus sore dibantu sama saudara," ungkap Suminem.

"'Mau beli nasi enggak?' 'Tolong deh' 'Cuma telur ceplok doang' mentah nasinya enggak jadi makan," imbuhnya.

Kondisi Suminem dan para tetangga bertahan di atap berlangsung hingga dua hari sampai akhirnya banjir surut.

Bahkan hingga saat ini kondisi pemukiman Suminem belum sepenuhnya pulih dan masih ada yang berbenah.

"Dua hari itu baru dikeluar-keluarin, sampai sekarang pun yang ngeluarin begini (barang korban banjir) masih banyak," kata Suminem.

Suminem mengaku pihak Pemprov Jakarta sama sekali tidak mendatangi pemukimannya untuk memberi bantuan.

"Setelah banjir kemudian surut, itu tidak ada satu pun dari perwakilan pemerintah yang datang untuk melihat kondisi para korban?" tanya presenter Seera Safira.

"Enggak ada, yang sekarang enggak ada," ungkap Suminem.

Suminem dan para tetangga hanya sempat mendapat bantuan dari gereja meski distribusinya tidak merata.

"Cuma kemarin dapat kiriman dari gereja, tapi enggak rata orang namanya orang segitu banyak," tuturnya.

Pesan Suminem untuk Anies Baswedan

Ketika ditanya permintaannya untuk Pemprov Jakarta, Suminem beraharap ada ganti rugi lantaran ia tak bisa berjualan selama berhari-hari.

"Kalau saya, kalau bisa, harus bisa ya, minta ganti rugi," pinta Suminem.

"Saya kan selama habis itu (banjir) enggak bisa cari nafkah," sambungnya.

Suminem kemudian diminta menyampaikan permintaannya kepada Anies Baswedan sambil menghadap kamera seolah tengah berkeluh kesah kepada sang gubernur.

"Bu, kalau bisa berbicara dari hati ke hati kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, apa yang ingin ibu sampaikan? Apakah ibu ingin meminta ganti rugi, apa saja?" tanya presenter Seera Safira.

"Bisa langsung menghadap ke kamera sekalian bu, mungkin sekarang Pak Anies sedang melihat," pinta presenter Muhammad Sofyan.

Sambil menghadap ke kamera, Suminem menyampaikan kerugian yang dialaminya.

"Ya saya sih minta ganti rugi, apa yang saya punya (diganti)," ujar Suminem.

"Dari total kerugian kemarin kira-kira ada Rp 100 juta?" tanya Muhammad Sofyan.

"Kalau sama sembako, sama semua, ada," jawab Suminem.

Suminem berharap ganti rugi yang diberikan berupa uang lantaran ia khawatir akan terjadi banjir lagi.

"Ibu ingin diganti rugi dalam bentuk uang atau bantuan seperti tempat tidur?" tanya Seera.

"Enggak, saya minta uang saja, kalau tempat tidur entar banjir lagi, habis lagi saya," jawab Suminem.

Ia berharap pihak Anies Baswedan bisa lebih memperhatikan kondisi rakyatnya yang terdampak banjir.

"Harapan saya lebih baik lagi untuk memperhatikan yang kebanjiran-kebanjiran, itu kan banyak sekali," pesan Suminem.

(Tribunnews.com/Ifa Nabila)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved