Senin, 6 Oktober 2025

Banjir di Jakarta

Besok Pagi BPPT akan Lakukan Hujan Buatan Ke Wilayah Lain

Yudi pun menekankan, upaya kali ini dilakukan hanya untuk menggeser awan hujan agar tidak jatuh di wilayah Jabodetabek.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jakarta dan wilayah penyangga di sekitarnya seperti Bekasi dan Tangerang kini tengah dikepung banjir akibat curah hujan tinggi yang terjadi sejak malam pergantian tahun 2019.

Melihat kasus yang kini tengah melanda ibu kota, pemerintah pun tidak tinggal diam dan langsung menggerakkan kementerian dan lembaga terkait untuk bersinergi mengatasi permasalahan 'langganan' yang biasa menyapa Jakarta saat musim penghujan tiba.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menaruh perhatian penuh terhadap kasus yang mengawali tahun 2020 ini.

Ia meminta agar keselamatan warga menjadi prioritas dalam penanganan bencana satu ini.

Dalam upaya untuk mengatasi bencana langganan ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun telah melakukan rapat koordinasi (rakor) yang melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah.

Baca: Berikut 5 Banjir Bandang Paling Mematikan di Dunia, Di Negara Mana Saja?

Rakor digelar di Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis (2/1/2020) pagi dan dipimpin langsung oleh Kepala BNPB Doni Monardo.

Dalam arahannya, ia pun meminta seluruh pihak terkait untuk mengerahkan semua kemampuan dalam upaya antisipasi terhadap potensi hujan yang turun secara signifikan dan dapat menyebabkan banjir itu.

Baca: Kodam Jaya Kerahkan 900 Personel dan Alat Evakuasi Bantu Warga Terdampak Banjir di Jabodetabek

Dalam rapat tersebut, hadir pula perwakilan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang diwakili oleh Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Tri Handoko Seto.

Sebagai lembaga yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi, BPPT memiliki peran penting dalam upaya penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan.

Perlu diketahui, teknologi ini tidak hanya dinilai mampu mengatasi bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), namun juga untuk mendistribusikan hujan agar tidak terfokus pada satu titik saja.

Terkait kasus banjir yang melanda ibu kota dan beberapa wilayah penyangga Jakarta, Doni pun meminta rekomendasi BPPT untuk mengoperasikan teknologi ini.

BPPT pun menyanggupi, sama seperti saat menangani bencana karhutla di beberapa wilayah di tanah air, operasi ini akan dilakukan BPPT melalui BBTMC.

Tribunnews pun menghubungi Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Yudi Anantasena untuk mengetahui sejauh mana persiapan yang dilakukan lembaga ini untuk operasi hujan buatan.

Baca: Banjir di Jakarta Aktivitas Lumpuh, Pengusaha pun Mengeluh

Ia mengatakan bahwa secara teknis, operasi akan dilakukan melalui penyemaian garam atau Natrium Klorida (NaCl) terhadap potensi awan hujan.

Yudi pun menekankan, upaya kali ini dilakukan hanya untuk menggeser awan hujan agar tidak jatuh di wilayah Jabodetabek.

"Kalau teknisnya kita akan menyemai awan, intinya kita tidak mengurangi (curah) hujan cuma kita memindahkan tempat hujannya," ujar Yudi, khusus kepada Tribunnews, Kamis (2/1/2020).

Ia kemudian menjelaskan, jika ada potensi awan hujan yang bergerak ke arah Jabodetabek, maka pihaknya akan melakukan penyemaian awan di wilayah lainnya yang berpotensi memiliki curah hujan rendah, misal di Laut Jawa.

Baca: Viral! Nekat Terobos Banjir Seeekor Kuda Mati, Sang Kusir Pingsan Hingga Dilarikan ke Rumah Sakit

Hal itu dilakukan agar hujan tidak terjadi di wilayah yang saat ini memiliki intensitas tinggi, seperti Jabodetabek.

"Artinya kalau memang ada awan misalnya dari Utara Jakarta misalnya, kemudian dari radarnya dan dari angin dan sebagainya itu bertumbuhnya ke arah Jabodetabek, nah kita akan semai misalnya di Laut Jawa biar turunnya di Laut Jawa, tidak masuk ke Jabotabek," kata Yudi.

Sehingga apa yang dilakukan BPPT ini bukan merupakan upaya untuk mengurangi curah hujan, namun hanya memindahkan agar tidak terpusat di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Jadi sebetulnya bukan mengurangi, hanya memindahkan lokasi hujannya saja," jelas Yudi.

Yudi kembali menegaskan bahwa dalam operasi TMC ini, bahan semai yang digunakan masih tetap sama seperti yang diterapkan pada penanganan karhutla, yakni NaCl.

Pihaknya pun tengah melakukan persiapan operasi setelah diminta Kepala BNPB untuk segera mengambil tindakan.

Persiapan yang dilakukan BPPT mulai dari penyiapan bahan semai hingga personel yang akan dikerahkan.

"Masih, masih (NaCl), hari ini tadi kami memang sudah diminta pak Doni untuk melakukannya sesegera mungkin. Jadi hari ini kita sudah mobilisisasi untuk bahan, personel," papar Yudi.

Sedangkan untuk pesawat yang akan digunakan sebagai alat penyemaiannya, Yudi menuturkan bahwa saat ini tengah disiapkan, "Nah nanti wahana terbangnya, pesawatnya, kita sudah menyiapkan mulai hari ini, makanya tadi pak Doni sudah meminta kita keluar dari ruang rapatnya biar segera melakukan persiapan,".

Konsep yang digunakan dalam operasi ini, kata dia, masih sama seperti penanganan karhutla.

Kerja sama dilakukan tidak hanya dengan BNPB, namun juga Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengetahui mengenai informasi sebaran dan potensi awan hujan.

"Untuk melakukan modifikasi cuaca tetap konsepnya sama dengan karhutla, jadi kita bekerjasama dengan BMKG, karena nanti seperti info cuaca, awan dan lain sebagainya itu kan (informasinya) dari BMKG," tutur Yudi.

Baca: Randy Pangalila Pasrah Mobil Terendam Banjir, Pilih Lakukan Hal Romantis bersama Istri di Atas Atap

Dari prediksi itu, dapat diketahui wilayah mana yang akan menjadi target penyemaian.

Hal itu agar hujan tidak jatuh pada satu lokasi saja, "Nanti tim kita itu akan menentukan di mana akan kita semai, di mana akan kita rencanakan dijatuhkan, supaya biar tidak satu tempat,".

Yudi pun menyebut operasi ini akan mirip seperti penyebaran bahan semai untuk kasus karhutla yang tidak hanya berfokus pada satu lokasi saja.

"Seperti (operasi karhutla) kemarin lah minimal, jadi kita jatuhkan agar tersebar, kalaupun akan ke Selatan, kita akan ke Selatan sekali misalnya," tegas Yudi.

Baca: Pasca Bencana Banjir, Warga Khawatirkan Munculnya Ular

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa pihaknya akan berusaha mendistribusikan hujan, bukan menghilangkan hujan atau potensi awan.

Semuanya akan dilakukan secara situasional, melihat potensi awan yang ada dan seperti apa prediksi BMKG, "Kita hanya memodifikasi untuk pergeseran hujannya (misalnya) kita perkirakan turun di laut lah atau bagaimana, tergantung situasi hariannya ya,".

Ia berharap kerja sama tidak hanya dilakukan dengan BNPB dan BMKG, namun juga TNI Angkatan Udara (AU) seperti saat momen penanganan karhutla.

Sebelumnya memang TNI AU turut berkontribusi dalam operasi penanganan karhutla dengan meminjamkan armadanya.

"Kemudian kerja sama dengan TNI juga kalau memang pesawatnya nanti dari TNI, jadi hari ini kita masih mempersiapkan pesawatnya, apakah dari TNI atau kita sewa dari misalnya yang dipakai BPPT ini atau dari mana tergantung kebutuhannya," kata Yudi.

Ia pun mengaku bahwa setelah diminta membantu, BPPT langsung melakukan rapat terkait teknis operasi yang sedianya akan dimulai Jumat besok.

Menurutnya, posko TMC biasanya akan ditempatkan di Lanud Halim Perdanakusuma, seperti saat operasi TMC untuk penanganan karhutla.

"Nah hari ini sudah mulai rapat teknis, insya Allah sih besok pagi mestinya sudah mulai atau sudah siaplah. Semua sudah melakukan mobilisasi ke Halim karena biasanya base nya itu di Halim, poskonya di Halim," pungkas Yudi.

Sementara itu pada kesempatan lainnya, Kepala BBTMC BPPT Tri Handoko Seto membenarkan bahwa pihaknya diminta untuk segera menerapkan teknologi satu ini untuk mengurangi volume air hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Hasil rapat tadi memutuskan salah satunya BPPT diminta untuk segera melakukan operasi TMC, guna mengurangi curah hujan penyebab banjir Jabodetabek," ujar Seto, dalam pesan singkatnya kepada Tribunnews, Kamis pagi.

Saat ini, kata Seto, pihaknya pun tengah melakukan persiapan untuk melakukan pergeseran hujan melalui penyemaian garam atau Natrium Klorida (NaCl) ke daerah yang tidak mengalami potensi hujan tinggi.

Operasi tersebut rencananya akan dilakukan pada Jumat pagi.

"Sekarang kami langsung persiapan, dan TMC akan segera dimulai paling lambat besok pagi," jelas Seto.

Ia menjelaskan bahwa penggunaan bahan semai masih seperti operasi TMC untuj mengatasi karhutla, yakni NaCl.

Namun strateginya dilakukan secara berbeda karena tim BBTMC akan melakukan pemindahan awan hujan, bukan pembentukan awan hujan.

Baca: Anya Geraldine Kelaparan Terjebak Banjir, Chef Arnold & Chef Juna Ribut Bawa Makanan untuk Si Artis

"Bahan sama (tapi) strateginya yang beda," kata Seto.

Teknologi Modifikasi Cuaca untuk kasus kali ini merupakan redistribusi curah hujan di wilayah ibu kota dan sekitarnya.

Menurut Seto, daya dukung dari permukaan yang ada di wilayah Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya lebuh kecil dibanding potensi hujan yang turun sangat signifikan sejak akhir Desember 2019.

Sehingga sangat besar potensinya untuk menimbulkan genangan hingga banjir.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved