Natal 2019
Merasakan Natal di Gereja Santa Clara Bekasi Utara, Setelah 20 Tahun Beribadah di Ruko
Stasi Yohanes Pemandi resmi menjadi paroki baru dengan nama Paroki Bekasi Utara Gereja Santa Clara pada 1998.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Natal tahun ini merupakan Natal teristimewa khususnya bagi umat Paroki Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Mengapa?
Ini adalah kali pertama mereka merayakan Natal di dalam gereja.
Sebelumnya selama 20 tahun lebih mereka harus ibadah di Komplek Ruko Taman Wisma Asri Blok T No 4-6.
Natalan pertama di rumah Tuhan yang megah menjadi ucapan syukur tersendiri bagi mereka.
Perayaan Natal tahun ini lebih kusyuk, hikmat dan nyaman.
Jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Setiap Natal tiba, panitia mendirikan tenda guna menampung umat.
Baca: Selamat Natal dari Gereja Santa Clara Bekasi
Tetap saja, kapasitas ruko dan tenda tidak bisa menampung umat.
Terlebih jika hujan deras ditambah angin kencang. Tentunya perayaan Natal berjalan kurang lancar.
Tribunnews.com sempat mengikuti perayaan misa malam Natal pertama di Gereja Santa Clara, Selasa (24/12/2019).
Meriah dan harunya penyambutan kelahiran Tuhan Yesus Kristus sangat terasa.
Sedari pukul 16.00 WIB atau satu jam sebelum misa malam Natal pertama dimulai, umat sudah berdatangan ke gereja.
Mendekati pukul 17.00 WIB, misa malam Natal pertama, areal dalam gereja hingga ke lantai dua sudah disesaki ribuan umat.
Baca: Presiden Jokowi : Selamat Hari Natal
Padahal area utama Gereja Santa Clara memiliki daya tampung sekitar 1.500 orang.
Alhasil umat lainnya harus rela duduk lesehan di luar gereja serta duduk di area basement.
Umat yang duduk di luar gereja tetap bisa mengikuti perayaan malam Natal melalui layar yang khusus disediakan oleh panitia.
Lagu-lagu perayaan Natal mulai dari Malam Kudus hingga Para Malaikat Bernyanyi menggema dari suara emas petugas paduan suara dan ribuan umat yang penuh sukacita menyambut Natal.
Saat liturgi ekaristi, prodiakon sempat kewalahan dengan membludaknya umat.
Tidak jarang hosti yang dibagikan habis sementara antrian umat masih panjang. Terpaksa prodiakon meminta hosti dari prodiakon yang lain.
Tiga judul lagu pengiring komuni hingga ke beragam ayat sudah dinyanyikan tetap saja antrian umat yang ingin menerima Tubuh dan Darah Kristus masih mengular.
Hosti yang dibagikan kembali habis, dua prodiakon melangkah ke altar.
Berbisik pada Romo Anselmus Haloho OFMCap, hosti habis. Romo Anselmus sempat memandang ke arah pintu utama gereja, antrian umat masih panjang.
Romo Anselmus akhirnya membuka tabernakel dan memberikan hosti pada dua prodiakon untuk dibagikan. Berbagi tugas, Romo Anselmus turun dari altar memberikan berkat pada bayi dan anak-anak yang belum menerima komuni.
Tidak mau kalah, anak-anak kecil ini berlarian bersama temannya ataupun didampingi orang tua menuju ke Romo Anselmus untuk mendapat berkat. Sama dengan umat, antrian anak-anak juga mengular.
Hari semakin malam dan karena letak gereja bersampingan dengan hamparan sawah. Laron tiba-tiba masuk ke dalam gereja.
Mereka mencari sumber cahaya, mengelilingi lampu di gereja.
Masuknya laron-laron ini membuat warga terganggu.
Mereka harus kipas-kipas dengan kertas misa agar laron tidak hinggap di kepala mereka.
Bubaran gereja, warga tampak asyik bercengkerama satu sama lain. Mereka saling mengucapkan selamat Natal hingga berbagi cerita, kembali mengenang masa-masa Natalan di ruko.
Di sudut gereja yang lain, gua maria tampak dipenuhi umat yang mengucap syukur serta memanjatkan doa. Umat lainnya asyik swafoto di pohon Natal yang terbuat dari barang bekasi.
Begitulah suasana natal di Gereja Santa Clara, hikmat dan penuh haru. Siapa yang menyangka pembangunan gereja yang sempat didemo itu kini berdiri kokoh.
Dahulu, untuk meredam demo yang terjadi berkali-kali hingga rusuh dan menimbulkan korban luka. Pihak gereja berkoordinasi dengan Pemkot Bekasi, Kepolisian, dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).
Banyak pihak menyayangkan aksi demo karena perizinan mendirikan gereja sudah keluar pada 15 Juni 2015 setelah diajukan sejak 2013. Gereja Santra Clara yang berdiri di atas tanah seluas 6.500 meter persegi ini tidak ilegal.
Untuk diketahui Gereja Santa Clara semula adalah sebuah stasi bernama Yohanes Pemandi yang terletak di wilayah Seroja dari Gereja Santo Arnoldus Janssen, Paroki Bekasi.
Stasi Yohanes Pemandi resmi menjadi paroki baru dengan nama Paroki Bekasi Utara Gereja Santa Clara pada 1998.
Sebelum bangunan Gereja Santa Clara yang baru resmi berdiri, umat Katolik di Bekasi Utara harus menggunakan sejumlah ruko di Perumahan Taman Wisma Asri untuk beribadah.
Lebih dari 20 tahun, umat Katolik disana harus beribadah di ruko dengan kapasitas terbatas, jauh lebih kecil dari jumlah umat yang ada.
Izin mendirikan bangunan baru terbit pada Juli 2015, namun berbagai penolakan harus dihadapi oleh umat Katolik disana.
Beberapa kali gereja didemo bahkan hingga berujung bentrokan. Tepat pada 11 Agustus 2019, Gereja Santa Clara diresmikan, bersamaan dengan peringatan HUT ke-21 Gereja Santa Clara Paroki Bekasi Utara.
Per 1 Agustus 2019, umat Santa Clara mencapai 8.515 jiwa, tersebar di Kecamatan Bekasi Utara. Paroki ini digembalakan oleh tiga imam dari OFM Kapusin Provinsi Medan.
Gereja Santa Clara menjadi satu-satunya gereja Katolik di Kecamatan Bekasi Utara dengan 13 wilayah dan 63 lingkungan.