Hasil Analisis Penyebab Utama Kemacetan di Tanah Abang Ternyata Bukan Karena Pedagang Kaki Lima
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menyebut PKL bukan masalah utama penyebab kemacetan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Theo Yonathan Simon Laturiuw
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menyebut PKL bukan masalah utama penyebab kemacetan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sandi justru menyebut kendaraan yang sembarangan parkir di bahu jalan menjadi penyebab utama kemacetan.
“Hasil data analisa dari Jakarta Smart City menyebut ternyata kemacetan (di Tanah Abang) lebih karena pembangunan jalan dan parkir liar. PKL sendiri itu di posisi yang bukan utama. Kita menemukan ini setelah big data kita buka dan kita analisa,” kata Sandi di BalaiKota, Jumat (3/11/2017).
Baca: Adakan Sayembara Sepatu, Sandiaga Uno Cari Sepatu yang Bisa Dipakai Masuk Lumpur Hingga Kondangan
Temuan itu berdasar pada data arus lalu lintas di sekitar Tanah Abang selama tiga hari terakhir dan enam bulan terakhir dari Jakarta Smart City.
Rapat penataan Kawasan Tanah Abang hari ini pun digelar.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari Dinas Perhubungan dan Transportasi Sigit Widjatmoko, Direktur Utama TransJakarta Budi Kaliwono, Kepala UPT Jakarta Smart City Setiaji dan Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede.
Namun langkah konkret penataan PKL Tanah Abang dinilai belum final.
Baca: Cerita Sandiaga Soal Tukang Ojek Membentak Dirinya Ketika Berlari di Tanah Abang
Sandi menyebut Gubernur Anies Baswedan merasa data yang dihimpun belum cukup.
Untuk menata Kawasan Tanah Abang secara keseluruhan masih dibutuhkan desain besar (grand design) untuk menjadikan Tanah Abang pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Grand design tersebut dipimpin oleh Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede.
“Sekarang baru ada satu moda transportasi besar, yaitu kereta api. Pak Gubernur minta dipikirkan bagaimana nanti koneksinya dan integrasinya dengan transportasi lain. Makanya TransJakarta tadi langsung bergerak dilapangan supaya integrasi lebih baik dengan TransJakarta,” jelas Sandi.
UPT Jakarta Smart City Setiaji menjabarkan titik-titik PKL di Tanah Abang lebih sedikit ketimbang titik kendaraan yang parkir sembarangan.
Baca: Dugaan Korupsi Reklamasi Teluk Jakarta Terkait Penetapan Nilai Jual Obyek Pajak
Berdasarkan data Jakarta Smart City parkir liar banyak dilaporkan pada pukul 11.00-13.00 dan 17.00-18.00.
“Kata-kata yang sering muncul dalam laporan adalah ‘ngetem’, ‘aparat’, ‘angkot’, ‘motor’, ‘stasiun’ dan ‘grab’,” kata Setiaji.
Setiaji melanjutkan, karakteristik jalanan Tanah Abang akan cenderung penuh selepas pukul 07.00 pagi.
Melalui integrasi aplikasi Waze, padat pada sore hari dan turun lagi kira-kira pukul 19.00.
Sementara, di hari Minggu sudah praktis tidak terlalu macet.
Setiaji pun menjelaskan, dari 10 kategori yang paling banyak dilaporkan masyarakat melalui Qlue di Kawasan Tanah Abang periode Agustus-Oktober 2017 parkir liar berada di urutan kedua dan kaki lima liar di urutan ketiga.
Baca: Polisi Temukan Ada Korupsi Dalam Reklamasi Teluk Jakarta
Parkir liar dilaporkan sebanyak 83 laporan dan kaki lima liar berjumlah 65 laporan.
Sementara kemacetan ada di urutan 7 dengan 41 laporan.
“Tapi kami ini masih kurang desain besarnya (Grand Design) kami ingin dapat data penumpang Commuter Line. Sekarang sudah ada angka 300.000 orang per penumpang hari. Ingin kita ukur jam 7.00 sampai jam 19.00 berapa orang. Jadi kita bisa melakukan kebijakan berdasarkan waktu kepadatan tadi,” jelas Setiaji.
Wakil Kepala Dishubtrans Sigit Widjatmoko menambahkan, akan dibuat re-reoutingtrayek agar lebih sederhana dan memudahkan pengguna Commuter Line untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah Gubernur dan Wakil Gubernur bertandang ke Tanah Abang nanti akan coba bicara dengan teman-teman ojek aplikasi dan ojek pangkalan.
“Semua yang ada di Kawasan Tanah Abang akan kita re-routing, baik bus kecil dan bus sedang. Zonasi untuk ojek aplikasi dan pangkalan juga akan dilakukan. Sekarang kan sudah ada yang on line di Jati Baru dan pangkalan di Jatibaru Bengkel,” kata Sigit.
Dari situ akan dihitung berapa jumlah total tukang ojek yang ada.
Adapun kapasitas yang ada saat ini sekarang bisa menampung 387 orang untuk roda dua.
Sigit sendiri mengamini bahwa kemacetan disebabkan pembangunan trotoar yang terjadi dan box utilitas.
“Banyak lah (solusinya). Ada Blok G juga ada banyak lah. Kemarin ada beberapa konsep kawasan. Nanti datanya akan kita komunikasikan," tutur Sigit.
Berita ini sudah dimuat di wartakotalive.com dengan judul: Analisa Teknologi Sandiaga Uno Soal Biang Keladi Macet Tanah Abang Hasilnya Tak Disangka