Sabtu, 4 Oktober 2025

Pasca Penjarahan, Kampung Luar Batang Dijaga Puluhan Polisi

Terlihat mereka bersiaga sambil menenteng senjata laras panjang. Tampak pula beberapa unit water canon di lokasi itu.

Editor: Hendra Gunawan
Warta Kota
Massa berkumpul di dekat Kampung Luar Batang, tepatnya di Jalan Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (4/11/2016) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Aparat kepolisian masih berjaga-jaga di wilayah Kampung Luar Batang dan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, setelah kericuhan antara kelompok masyarakat dan aparat keamanan, Sabtu (5/11/2016).

Pantauan Warta Kota, aparat tampak berjaga-jaga di Kawasan Revitalisasi Kampung Muara Bahari Sunda Kelapa, tepatnya di Jalan Pakin.

Terlihat mereka bersiaga sambil menenteng senjata laras panjang. Tampak pula beberapa unit water canon di lokasi itu.

Tak hanya di Jalan Pakin, polisi juga berjaga-jaga di sepanjang Jalan Gedong Panjang mengarah ke Muara Baru dan kawasan Pluit, Penjaringan.

Sejumlah unit Baracuda dan water canon juga nampak bersiaga di pinggir Jalan Gedong Panjang, dan di Jalan Pluit Raya Selatan, serta Muara Baru.

Suasana penjagaan ketat sangat terasa di antara warga yang terlihat ramai mengerumuni sejumlah toko di Jalan Gedong Panjang yang kaca jendelanya pecah.

Hal itu diduga akibat dilempar batu berukuran besar yang diduga dilakukan oleh sekelompok pemuda tak dikenal.

Tak hanya bagian kaca jendela saja yang pecah, kondisi rolling door di sejumlah toko-toko di Jalan Gedong Panjang juga penyok, lantaran dirusak oleh para pelaku aksi anarkis.

Selain merusak toko, isi toko pun juga dijarah hingga ludes dirampok para pelaku.

Aksi anarkis pada Jumat malam itu juga telah menyebabkan dua unit motor terbakar. Salah satunya adalah milik Novie Zakaria alias Pekong (40), kontributor di salah satu televisi swasta.Dua minimarket juga tampak menjadi tempat para pelaku aksi anarkis tersebut meluapkan emosinya.

Tampak bagian dalam dua minimarket tersebut terlihat amburadul. Rak, lemari pendingin (cooler), serta meja kasir dalam kondisi porak-poranda.
Bahkan, banyak barang dagangan di toko-toko di Jalan Gedong Panjang mengarah ke Waduk Pluit itu dijarah.

Sejumlah warga di lokasi terlihat berkerumun melihat-lihat kondisi sejumlah toko yang amburadul, Sabtu siang.

Kalung dirampas
Ana Rahmawati (40), salah seorang pegawai toko perkakas dan alat berat kapal di Pluit yang dirusak dan dijarah massa, mengaku kehilangan kalung emasnya lantaran dirampas oknum massa tak dikenal.

Ana mengaku sempat sangat panik saat aksi kericuhan tersebut berlangsung. Pintu toko tempat ia bekerja langsung didobrak oleh massa.

"Kalung emas pemberian suami saya dirampas Mas. Suasana di dalam toko itu crowded banget. Saya pun kelimpungan dan panik, karena saya melihat mereka mengambil televisi, kulkas, sampai-sampai, motor buat operasional di toko juga dibakar sama para pemuda itu," ujarnya.

Dia menambahkan, "Ini lihat aja leher saya terluka karena kalung saya ditarik- tarik. Saya berusaha melawan, tapi akhirnya kalung saya putus. Kejadiannya Jumat malam."

Ana mengatakan, dirinya sampai saat ini masih mengecek kondisi terkini di toko tempat ia bekerja, berharap aksi tersebut tak lagi terjadi. Hal itu, dikatakan Ana membuatnya kini semakin was-was.

"Sampai sekarang saya was-was Mas. Khawatir aja kalau kericuhan itu terjadi lagi," ujarnya.

Saling tuding
Kericuhan tersebut tak ayal membuat warga Kampung Luar Batang dan Muara Baru saling tuding satu sama lain soal pelaku dan provokator aksi.

Beberapa dari mereka pun justru menganggap jika ada seorang provokator yang telah membuat kericuhan tersebut terjadi.

"Harusnya enggak seperti ini ya Mas. Masa sampai dirusak begini semua toko. Kasian loh itu para pemilik tokonya. Mendirikan tokonya itu pakai uang kan, nggak pakai daun," jelas Hilman (28), selaku warga di Kampung Luar Batang.

Seorang pegawai minimarket, Hardiansyah (55) mengatakan dirinya ketakutan dan bersembunyi di lantai 2 minimarket.
Pria yang akrab disapa Hardi ini menuturkan, dirinya saat terjadi kericuhan tengah mengemas barang.

"Saya lagi kemas-kemas barang dagangan saat itu di Lantai 2. Awalnya, saya melihat memang ada kericuhan sekelompok pemuda yang sibuk melempari polisi dengan batu. Polisinya itu pun takut malah mundur enggak menyerang mereka yang lempar-lemparin batu. Lama kelamaan itu para pemuda saya lihat langsung melempar batu ke arah toko-toko, lalu segerombolan datang ke minimarket saya di sini. Saya panik Mas. Ruangan di lantai 2 saya langsung kunci," paparnya.

Sampai saat ini, Herdi belum dapat bekerja seperti biasanya, lantaran polisi memasang garis polisi.
"Ini kan minimarket 24 jam. Nah, waktu Jumat malam, rencananya jam 11 malam mau dibuka lagi, eh malah dijarah. Snack, rokok, galon sampai roti-roti sobek juga diambil," ujar Hendri.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved