Sabtu, 4 Oktober 2025

Pilgub DKI Jakarta

Pengamat: Adu Gagasan Lebih Rasional Dibanding Isu SARA

isu SARA yang dipompakan ke benak publik sudah tidak relevan dan harus segera dibuang ke sungai Ciliwung

Editor: Sanusi
TRIBUN/HO
Spanduk bertuliskan 'Djan Faridz : Untuk DKI Yang Damai Saya Menolak Penggunaan Isu Sara Dalam Pilkada DKI' di Jalan Panglima Polim di Jakarta, Rabu (26/10/2016). Penggunaan isu SARA sering kali digunakan dalam politik untuk menjatuhkan lawan termasuk di dalam kompetisi Pemilihan Kepala Daerah DKI. TRIBUNNEWS/HO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting (VCRC), Pangi Syarwi Chaniago menyayangkan masa kampanye dinodai dengan munculnya isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang dipancarkan oleh segelintir oknum tak bertanggung jawab.

Menurutnya, ini sinyal peringatan dini bagi pembangunan demokrasi, dan jelas merobek dan menodai Pancasila. Dikatakannya, isu SARA yang dipompakan ke benak publik sudah tidak relevan dan harus segera dibuang ke sungai Ciliwung.

"Saat ini, yang dibutuhkan gagasan yang membuat Ibu Kota lebih maju," kata Pangi, Senin (31/10/2016).

Masih kata Pangi, sistem pemerintahan yang demokratis hanya mungkin dibangun jika kelompok minoritas berasal dari warga negara yang mau menerima pemerintahan mayoritas dan kelompok mayoritas benar-benar siap untuk menghormati hak-hak minoritas.

Dikatakannya, memastikan kelompok mayoritas melindungi minoritas dan sebaliknya, itu lah makna hakiki dari demokrasi konsensus.

Nilai utama dalam demokratisasi yaitu kebebasan dan keanekaragaman yang berbudaya seringkali kita sebut dengan keindonesian, wawasan kebangsaan yang menerima perbedaan (ke-bhinekaan) dan sama rata dalam memperlakukan warga negara.

"Demokrasi tanpa kemampuan bertoleransi terhadap yang berbeda tetap menjadi kering makna dan demokrasi kehilangan pesona," ujar Pangi Syarwi Chaniago.

Lebih lanjut Pangi mengatakan, mayoritas yang tidak menghargai hak-hak kebebasan minoritas justru menjadi ancaman terhadap eksistensi demokrasi. Dan sebaliknya minoritas yang tidak menghargai hak-hak mayoritas juga akan mengguncang demokrasi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved