Selasa, 30 September 2025

Aksi Terorisme di Tangerang

Polda Metro Bantah Keluarga Sudah Laporkan Ulah Sultan ke BNPT

Kepala BNPT, Komjen Suhardi Alius‎ juga membantah pihaknya menerima laporan dari keluarga Sultan.

Editor: Johnson Simanjuntak
Repro/Kompas TV
Terduga teroris, Sultan Azianzah (22) sesaat setelah melakukan penikaman terhadap Kapolsek Tangerang dan dua anak buahnya di Pos Polisi Yuppentek, Jalan Perintis Kemerdekaan, Cikokol, Tangerang, Banten, Kamis (20/10/2016) pagi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Polda Metro Jaya membantah keterangan keluarga dari Sultan (22) pelaku penyerang polisi di Pos Lalu Lintas Cikokol, Tangerang soal pihak keluarga melaporkan keanehan sikap Sultan ke BNPT.

"Itu tidak benar ya. Saya jamin itu tidak ada. Saya sudah klarifikasi ke BNPT, laporan itu tidak ada," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Awi Setiyono, Sabtu (21/10/2016) usai menghadiri Apel Hari Santri Nasional, di Monas, Jakarta Pusat.

Diterangkan Awi Setiyono, keluarga Sultan hanya melaporkan soal tingkah Sultan yang aneh pada seseorang.

Dimana keluarga meminta bantuan ke orang itu untuk mencari keberadaan Sultan.

"Kakaknya itu meminta bantuan seseorang untuk mencari adiknya, dimana posisinya. Lalu diketahui ada di pondok pesantren di Ciamis. Tidak lapor ke BNPT," katanya.

Terpisah, Kepala BNPT, Komjen Suhardi Alius‎ juga membantah pihaknya menerima laporan dari keluarga Sultan.

"Saya sudah cek informasi itu, tidak benar," ujar Suhardi Alius dalam pesan singkatnya.

‎Sebelumnya, pihak keluarga mengaku sudah menempuh beragam cara untuk menyadarkan Sultan.

Satu diantaranya yakni dengan melapor ke BNPT.

Sayangnya upaya tersebut, gagal.

Bahkan Sultan sering menyendiri dan berbohong sudah memiliki pekerjaan padahal masih pengangguran.

Apa aktivitas Sultan selama ini pun jarang diketahui keluarga, lantaran Sultan cenderung tertutup dan lebih senang menyendiri.

Sutan lebih memilih bergabung ke sebuah pondok pesantren di Ciamis, Jawa Barat hingga akhirnya bergabung dengan jaringan Aman Abdurrahman, keluarga sudah berupaya menjemput Sultan pulang tapi Sultan malah kabur.

Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar meyakini, Sultan menjadi korban cuci otak dan berhasil didoktrin untuk melakukan penyerangan masif ke anggota Polri.

Mengingat usia Sultan masih 22 tahun, dimana itu adalah usia rentan yang gampang terpengaruh dengan hal-hal‎ radikalisme.

"Kan tidak mungkin sengaja melakukan penyerangan pada anggota Polri. Pasti dia terprovokasi oleh hal yang keliru. Perjuangan keluarga sudah banyak untuk menyelamatkan, tapi kondisi dia sudah terpengaruh, siapa bisa menahan," ujar Boy Rafli Amar.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved