Pengeroyokan Polisi
Sebelum Dikeroyok Anggota TNI, Anggota Polisi Ini Lagi Konsolidasi 'Kasus' Kerawanan Jakarta
Kabag Penum Divisi Humasnya Kombes Rikwanto menceritakan kronologi kejadian pengeroyokan oleh 30 anggota POM TNI AL
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kabag Penum Divisi Humasnya Kombes Rikwanto menceritakan kronologi kejadian pengeroyokan oleh 30 anggota POM TNI AL yang menimpa kedua perwira polisi di Bengkel Kafe, SCBD, Jakarta Selatan akhir pekan lalu.
Mulanya Kompol Budi Herman, Kompol Teuku Arsya Khadafi dan Iptu Rovan bersama beberapa penyidik lainnya melakukan pertemuan di dalam Bengkel Cafe sejak Jumat (6/2/2015) malam. Ia mengakui ada warga sipil ikut dalam pertemuan malam itu.
"Di situ ada beberapa personil, mulai perwira, bintara sampai dari sipil juga ada, memhahas suatu hal. Di situ ada laptop dan alat kerja lain-lain," kata dia.
Menurut Rikwanto, para penyidik reserse itu berkumpul dilatarbelakangi dan membahas masuknya Jakarta menjadi salah satu kota terawan di dunia sebagaimana lansiran hasil survei.
"(Di situ) membahas suatu kasus berkaitan dengan Jakarta tidak aman. Apalagi ada survei Jakarta kota terawan nomor lima di dunia," ujarnya.
Menurutnya, cafe tersebut adalah satu di antara beberapa tempat yang menjadi tempat pertemuan tim.
"Di Bengkel Cafe, itu satu tempat pertemuan dari banyak tempat pertemuan lainnya," ujarnya.
Memasuki Sabtu dini hari, tiba-tiba ada sekitar belasan orang yang mengaku dari POM TNI AL masuk menyampaikan tengah menggelar operasi atau razia 'penegakan dan ketertiban' anggota.
"Ditanyakan sedang apa, lagi apa. Dan dijelaskan, ini kami polisi. Ditanya, mana kartu anggotanya. Jadi, sebelumnya sudah ada dialog, seperti itu. Lalu, ditunjukkan kartu anggota dan surat perintah tugas," papar Rikwanto.
Setelah mendapat penjelasan, mereka meninggalkan ruangan pertemuan para polisi itu. "Setelah pertemuan berlangsung lagi dan sebagian (peserta pertemuan) ada yang sudah kembali," ujarnya.
Selang beberapa saat kemudian, datang lah anggota POM TNI AL lainnya Kolonel Nazali menghampiri kedua perwira polisi tersebut. Ia pun menanyakan, 'Siapa yang tidak mau diperiksa oleh anggota kami."
Kompol Budi dan Kompol Arsya memberikan penjelasan kepada kolonel itu dan suasana masih kondusif.
"Setelah ditunjukkan kartu tanda anggota polisi dan surat perintah tugas, akhirnya mereka ngobrol," tuturnya.
Belum lama mereka mengobrol, tiba-tiba datang belasan anggota POM TNI AL lainnya dan terjadi adu mulut tarik-menarik tas berisi senjata api hingga pengeroyokkan kepada Kompol Arsya. Dan Kompol Budi yang coba melerai juga sempat terkena pukulan anggota POM TNI AL itu.
"Akhirnya Kompol Arsya menjadi bulan-bulanan di situ sampai rusuknya mengalami trauma dalam muka sudah bengap-bengap," tutur Rikwanto.