Kamis, 2 Oktober 2025

Forkoma PMKRI Ajak Publik Kritisi Peraturan Pemerintah yang Melegalkan Arorsi

"Oleh karna kami mendorong publik untuk terus mengkritisi Peraturan Pemerintah ini agar pemerintahan baru Jokowi membuka dialog untuk merevisinya

Editor: Domu D. Ambarita
HO
Forkoma PMKRI bersama Forkes Nasdem menyelenggarakan seminar mengkritisi Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang berpotensi diselewengkan untuk melegalkan aborsi. Seminar digelar Sabtu (11/10/2014). Tampak (dari kiri ke kanan) moderator Rosmary Sihombing serta dua pembicara Hermawi F Taslim (Ketua Forkoma PMKRI) dan Yeremias Jena dari unit etika Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya Jakarta. 

Penentuan indikasi kedaruratan medis dilakukan oleh tim kelayakan aborsi, yang paling sedikit terdiri dari dua tenaga kesehatan, yang diketuai oleh dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan.

Adapun kehamilan akibat pemerkosaan merupakan kehamilan akibat hubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak perempuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dibuktikan dengan usia kehamilan sesuai dengan kejadian pemerkosaan yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter dan keterangan penyidik, psikolog, atau ahli lain mengenai dugaan adanya pemerkosaan.

Pasal 35 ayat (1) PP Kesehatan Reproduksi berbunyi, "Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan harus dilakukan dengan aman, bermutu, dan bertanggung jawab."

PP tersebut mendefinisikan praktik aborsi yang dilakukan dengan aman, bermutu, dan bertanggung jawab tersebut adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar; dilakukan di fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan; atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil yang bersangkutan; dengan izin suami, kecuali korban pemerkosaan; tidak diskriminatif; dan tidak mengutamakan imbalan materi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved