Sawah di Kota Bogor Tinggal 732 Hektar
Luas sawah di Kota Bogor tinggal 732 hektar dari total wilayah Kota Bogor yang mencapai 11.850 hektar
Laporan Wartawan Wartakota Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR -- Luas sawah di Kota Bogor tinggal 732 hektar dari total wilayah Kota Bogor yang mencapai 11.850 hektar.
Untuk mempertahakan luas sawah yang semakin menyusut karena maraknya pembangunan perumahan dan pertokoan di Kota Bogor, Pemerintah Kota Bogor tidak akan lagi memberikan izin pembangunan yang mengubah alih fungsi lahan sawah.
"Pemerintah juga bertekad mempertahankan 2.374 hektar bukan sawah yang notabene lahan budidaya tanaman. Jika dijumlah, Kota Bogor memiliki 3.106 hektar lahan budidaya tanaman pangan atau 26,21 persen dari luas wilayah," ujar Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman belum lama ini.
Mempertahakan lahan budidaya menurut Usmar sangat penting guna menjamin kebutuhan pangan 1,1 juta jiwa penduduk Kota Bogor. Seperti diketahui, sebelum tahun 2.000, luas lahan budidaya tanaman pangan di Kota Bogor diperkirakan 7.000-8.000 hektar.
Hamparan sawah amat luas masih bisa dilihat di Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, dan Tanah Sareal. Salah satu hamparan sawah yang amat dikenal ada di tepi Jalan Brigjen Sapta Adjie Hadiprawira atau di Jalan Raya Semplak), Sindang Barang, Bogor Barat dan di daerah Kelurahan Mulyahardja, Kecamatan Bogor Selatan.
Hamparan sawah itu amat dibanggakan oleh warga Kota Bogor terutama pada periode 1980-1990. Sebagai penanda kawasan Sindang Barang merupakan kantong persawahan dibangun monumen sederhana yakni Patung Petani di tepi Jalan Raya Semplak.
Namun, sejak 2005, hamparan sawah itu mulai berganti wujud menjadi hunian, rumah toko, perumahan, perkantoran, SPBU, bahkan pasar. Kondisi serupa terjadi di Situ Gede, Bogor Barat, yang berbatasan dengan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor (IPB), Kabupaten Bogor.
Setelah tahun 2000, hamparan sawah mulai berubah fungsi menjadi bangunan rumah, toko, warung, dan kantor instansi. Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor Azrin Syamsudin mengatakan, mempertahankan lahan budidaya amat penting.
Kota Bogor secara ideal perlu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi penduduk secara mandiri dalam segala aspek. "Jika tidak mandiri, bahan pangan akan selalu diimpor dengan risiko sewaktu-waktu harga tinggi atau tidak terjangkau masyarakat," katanya.
Selama ini, Kota Bogor amat bergantung pada pasokan bahan pangan dari daerah lain terutama dari Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. "Sejauh harga bahan pangan tidak memberatkan masyarakat, ketergantungan terhadap daerah lain bisa dimaklumi," ujarnya.