Saat Orang Muda Dayak Rindu Budaya Kampung Halaman
Tujuan didirikannya Komunitas Muda Dayak ini adalah untuk mengobati kerinduan orang-orang Dayak yang ada di Jakarta terhadap asal-usul budaya mereka
Editor:
Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Jakarta - Berawal dari rasa kerinduan generasi muda Dayak yang berasal dari berbagai sub-suku Dayak yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya, terbentuklah sebuah wadah dengan nama, Dayak Youth Community Culture and Environmental Survival atau Komunitas Muda Dayak (KMD). KMD dibentuk oleh para profesional muda Dayak asli maupun campuran pada Oktober 2002.
Menurut Monika Oktaviana, salah satu pendiri komunitas itu, KMD dibentuk sebagai wadah berkumpulnya anak muda Dayak dan yang berjiwa muda dan suku lainnya yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya Dayak.
"Tujuan didirikannya Komunitas Muda Dayak ini adalah untuk mengobati kerinduan orang-orang Dayak yang ada di Jakarta terhadap asal-usul budaya mereka. Kami punya inisiatif untuk mendirikan komunitas dari lima provinsi di Kalimantan,” kata Monika kepada Warta Kota selepas komunitasnya mengisi acara di @Amerika, Pasific Place, kawasan SCBD, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
KMD merupakan organisasi sosial yang non-politis dan lintas agama. Ruang lingkup program Komunitas Muda Dayak berfokus pada kegiatan di bidang seni dan budaya Dayak, baik tradisional maupun kontemporer.
"Suku Dayak memiliki banyak sub-suku budaya dan bahasa yang masih harus dipelajari, karena tidak semua juga orang Dayak yang mengetahui semua bahasa itu, apalagi suku lain yang masih banyak belum tahu tentang beraneka ragamnya suku Dayak yang tersebar di Kalimantan," kata Monica.
Dia menyebutkan, di antaranya, sub suku atau rumpun, seperti, Ma'anyan, Ngaju, Mamak, Kenyah, Bahau, Iban, Kayan Mandalam, Bidayuh, Apokayan, Murut, Ot Danum-Ngaju dan, Punan,dll.
Oleh karena itu, lanjut Monica, misi KMD adalah untuk memperkenalkan dan menanamkan rasa cinta dan kepedulian generasi muda Dayak dari seluruh sub-suku yang ada terhadap akar budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Selain itu, kata Monica, dia ingin mengajak siapapun dan dari suku apapun yang ingin mengenali seni budaya Dayak lebih jauh dan peduli pada pelestarian dan pengembangannya. Sebagai generasi muda Dayak yang nenek moyangnya memiliki filosofi dan tradisi yang kuat pada pemeliharaan lingkungan hidup di sekitarnya, Komunitas Muda Dayak juga mengembangkan misi yang peduli pada isu pelestarian lingkungan.
Adanya KMD di Jakarta, disambut positif kalangan anak muda Dayak yang sedang menimba ilmu di Ibu Kota. Misalnya, seperti Anton (22), mahasiswa Akademi Keperawatan Antariksa, Halim Perdanakusuma, Jakarta.
"Selain saya bisa ikut berpartisipasi melestarikan budaya nenek moyang, adanya komunitas ini, saya juga jadi kenal dengan orang Dayak di Jakarta dari berbagai kalangan," kata Anton yang bergabung di KMD sejak 2011.
Cowok asal Bidayuh, yang merupakan suku pedalaman Dayak, Kalimantan Barat ini mengungkapkan, bahwa ia dan teman-temannya begitu tergerak ikut melestarikan budaya daerahnya justru semenjak di Jakarta.
"Kami dari kampung yang kuliah di Jakarta, jadi semangatnya mulai di sini. Memang sering dilecehkan juga. Misalnya, ah loe kampungan nyetel lagu tradisional begitu, anak muda musiknya yang nge-beat gini dong," kata Anton.
Meski demikian, Anton mengaku tetap berusaha tidak berkecil hati. Justru dengan bergabung di KMD, banyak pengalaman ia dapat. Misalnya, bisa ikut ambil bagian dari berbagai kegiatan dan pagelaran kesenian Dayak dari undangan banyak pihak.