Jakarta Tak Pernah Meregenerasi Pohon
Penanaman pohon secara 'instan' tak pernah diperbaiki oleh setiap gubernur di Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penanaman pohon secara 'instan' tak pernah diperbaiki oleh setiap gubernur di Jakarta. Semua gubernur selalu memilih menanam pohon 'instan'. Padahal pohon instan tak baik bagi kota seperti Jakarta. Pohon 'instan' tak punya akar tunjang yang kuat. Era awal penanaman pohon di Jakarta ada pada saat Ali Sadikin menjabat.
Disaat itu Ali banyak menanam pohon 'instan'. Tapi kemudian gubernur berikutnya justru mengikuti juga. Termasuk Sutiyoso. Ahli Hutan Kota Institut Pertanian Bogor, Endes N Dahlan, mengatakan, semestinya di era Sutiyoso menjadi Gubernur penanaman pohon instan sudah berhenti.
Disitu semestinya DKI Jakarta mengubah pola tanam pohon keras di tengah kota dari cara instan ke pola regenerasi. Artinya pohon-pohon 'instan' yang ditanam di era gubernur sebelumnya harus digantikan dengan pohon-pohon yang ditanam dari bibit.
Pohon bibit punya akar tunjang jauh lebih kokoh menahan bobot pohon. Tergolong kategori bibit apabila pohon ditanam saat usianya maksimal satu tahun. Lebih dari itu sudah masuk kategori pohon instan. Caranya meregenerasi pohon adalah dengan menanam bibit pohon sekitar sepuluh sampai 20 meter disamping pohon yang sudah besar.
Nanti setelah bibit pohon besar atau berusia sepuluh tahun, barulah pohon besar yang merupakan pohon instan itu ditebang. Penggantinya adalah pohon bibit tadi yang jauh lebih kokoh. Tapi sayangnya Sutiyoso tak melakukan itu. Sutiyoso memilih mencanangkan ‘Jakarta Ijo Royo-Royo’. Artinya menjadikan jakarta hijau dalam sekejap. Akibatnya diawal Sutiyoso menjabat ada sebanyak 115.000 pohon peneduh ditanam di Jakarta.
Di periode kedua Sutiyoso menjabat sudah ada 4,2 juta pohon di Jakarta. Seluruhnya ditanam secara instan. Lagi-lagi pola yang salah. Kini, tahun 2013, usia tanam pohon di era Sutiyoso sudah 16 tahun. Tapi usia sebenarnya sudah mencapai 20 - 25 tahun. Sebab saat ditanam pohon-pohon itu sudah berusia antara lima sampai sepuluh tahun. Itu adalah usia ideal dimana pohon 'instan' era Sutiyoso membuat masalah.
Sebab bobot pohon dan tinggi pohon sudah berada di usia 20-25 tahun. Padahal usia akar tunjang pohon baru sepuluh tahun. Sebab saat penanaman pohon akar tunjang itu dipotong. Makanya jadi mudah tumbang.
Oleh karena itu, kata Endes, Jokowi yang harus mengubah kesalahan pemakaian metode penanaman pohon di Jakarta itu. Apabila Jokowi melakukan hal serupa, maka pohon yang ditanam di era Jokowi akan membuat masalah dalam sepuluh sampai 20 tahun ke depan.
Mulai bertumbangan dan menimbulkan kerugian. Apalagi sejak tahun 2000 sampai 2012 atau awal era Jokowi, telah ditanam pohon keras bersifat peneduh jalan sebanyak 2,1 juta pohon. Berarti pada tahun 2000 pohon di Jakarta jumlahnya hanya sebanyak 4,2 juta kini telah bertambah jadi 6,4 juta. Seluruh penanamannya dengan metode serupa, instan. Jokowi harus cepat menghentikan ini. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)