Selasa, 30 September 2025

Sopir Bajaj Keluhkan Pembatasan Wilayah

Rencana Pemprov DKI Jakarta menerapkan zonasi trayek bajaj, dinilai cukup memberatkan para sopir bajaj.

WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Puluhan sopir bajaj melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, di Jakarta Pusat, Kamis (4/7/2013). Mereka menuntut pembatalan pembebasan umur angkutan roda tiga berbahan bakar gas selama 7 tahun, dan keberatan terhadap pengadaan bajaj dengan sistem lelang, karena dikhawatirkan mengandung unsur monopoli. 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Banu Adikara

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana Pemprov DKI Jakarta menerapkan zonasi trayek bajaj, dinilai cukup memberatkan para sopir bajaj.

Sebab, dengan pembatasan wilayah, pendapatan sopir bajaj akan berkurang. Yanto (45), sopir bajaj yang sehari-hari mangkal di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur mengatakan, jika ada pembatasan trayek, ia akan kesulitan mendapatkan penumpang.

"Pastinya akan berkurang, karena kami enggak bisa ambil penumpang di wilayah lain. Padahal kan tahu sendiri, penumpang sekarang juga semakin sedikit, apalagi sekarang bensin sudah naik, bikin kami makin susah," kata Yanto, ditemui Wartakotalive.com (Tribun Network) di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Senin (8/7/2013).

Menurut pria yang sejak 1982 menjadi sopir bajaj, dalam sehari ia bisa mendapatkan penghasilan Rp 70 ribu- Rp 80 ribu. Jika zonasi diterapkan, maka Yanto yakin penghasilannya akan berkurang.

"Pasti berkurang. Karena, kalau saya lagi berada di luar wilayah saya, Jakarta Timur, ada penumpang yang mau naik, masa tidak boleh? Berarti, pendapatan saya berkurang dong," tutur bapak lima anak.

Yanto berharap, penerapan zonasi bajaj dibatalkan. (*)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved