Selasa, 30 September 2025

Peremajaan Tidak Merata, Pengemudi dan Pengusaha Bajaj Mengeluh

Hal tersebut menyebabkan berkurangnya pendapatan pengusaha bajaj

Penulis: Wahyu Aji
zoom-inlihat foto Peremajaan Tidak Merata, Pengemudi dan Pengusaha Bajaj Mengeluh
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
HARGA BBM AKAN NAIK BULAN MEI - Badru (48), sopir bajaj sedang menunggu penumpang di depan Terminal Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (17/4/2013). Pemerintah akan segera menaikkan harga premium dan solar mobil pribadi dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per liter pada Mei 2013. Wacana tersebut membuat para pengemudi angkot dan bajaj khawatir berimbas akan turun pendapatannya. (Warta Kota/angga bhagya nugraha)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peremajaan moda transportasi bajaj dari berbahan bakar bensin menjadi gas yang dilakukan tidak serentak. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya pendapatan pengusaha bajaj.

Musliha (65), seorang pengusaha bajaj di daerah Duren Sawit menuturkan, peremajaan yang dilakukan tidak serentak tersebut menyebabkan penurunan drastis penghasilan para pengusaha dan pengemudi bajaj jenis lama.

"Saya punya bajaj jenis lama 16 tapi setiap hari yang beroperasi paling hanya 4 atau 5. Malah kalau hari libur cuma 2," katanya saat ditemui, Minggu (12/5/2013).

Dikatakan pengusaha bajaj yang sudah menjalani bisnis selama 8 tahun tersebut, sedikitnya bajaj yang beroperasi dikarenakan para pengemudi pun malas mengoperasikan bajaj-bajaj miliknya tersebut dengan alasan minimnya penghasilan yang diperoleh.

"Mereka ngeluh, kalau jalan pun sepi penumpang akibat kalah saing sama bajaj biru," katanya.

Sebelum adanya bajaj biru berbahan bakar gas, hampir setiap hari seluruh bajajnya beroperasi. Akan tetapi akhir-akhir ini setelah maraknya bajaj berbahan bakar gas para pengemudi mengeluhkan penghasilan yang berkurang.

Akibatnya setoran yang dipatok sehari Rp 38 ribu pun seringkali tidak dapat dipenuhi oleh pengemudi.

Sementara itu, Usmani (43) salah seorang pengemudi bajaj oranye berbahan bakar bensin yang biasa beroperasi seputar Jakarta Timur mengatakan, setelah maraknya bajaj berbahan bakar gas beroperasi di jalanan, dirinya dan rekan-rekannya mengeluhkan pendapatannya menurun.

"Dulu sehari bisa seratus ribu rupiah. Ya rata-rata Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu lah perhari. Tapi sekarang bisa dapet Rp 40 ribu aja sudah senang," ujarnya.

Menurunnya pendapatan mereka, menurut Usmani, adalah akibat kalah bersaing dengan para pengemudi bajaj berbahan bakar gas. Para penumpang pun cenderung lebih memilih naik bajaj berbahan bakar gas dibanding jenis lama.

"Kalau pakai bajaj merah kayak di belakangin sama penumpang. Lagian, kalau bajaj BBG juga jarang rusak, beda sama yang kita pake ini, dikit-dikit rusak, gimana mau ngejar setoran," lanjutnya.

Tags
bajaj
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan