Bayi Ditolak Rumah Sakit
Bayi Dera Meninggal Tersengal-sengal
Dara Nur Anggraeni (7 hari), terbaring sendirian di dalam inkubator di ruang Neonatal Intensive Care Unit
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dara Nur Anggraeni (7 hari), terbaring sendirian di dalam inkubator di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Pusat, Senin (18/2/2013).
Dara sebenarnya anak kembar. Namun, kakaknya, Dera Nur Anggraeni, meninggal Sabtu (16/2/2013). Dera meinggal Sabtu lalu, dengan nafas tersengal-sengal, karena tenggorokan tersumbat. Keluarga sempat ditolak pada 8 rumah sakit di Jakarta.
Dera meninggal, lantaran mengalami gangguan pernafasan karena tenggorokannya tersumbat seusai lahir di RS Zahira, Pasar Minggu. Bayi kembar ini lahir melalui operasi caesar tepat pukul 01.00 pada Senin (11/2/2013).
Dia semestinya lekas dirawat di ruang NICU di rumah sakit yang lebih besar. Namun, delapan rumah sakit yang didatangi kakek Dara, menolak dengan alasan ruang NICU-ICU khusus anaknya telah penuh oleh pasien.
Kini Dara tinggal sendirian. Ruang NICU di RS Tarakan berada di lantai 4 ruang rawat-inap. Di ruang NICU, dokter menempatkan Dara di bagian paling pojok.
Dara dilarikan ke ruang NICU RS Tarakan, lantaran bobot tubuhnya yang berada di bawah normal. Bobot tubuh Dara hanya 1,45 kilogram. Semestinya, bayi baru lahir memiliki bobot dua kilogram.
Kepala Humas RS Tarakan, dr Theryoto, mengatakan, Dara baru masuk ke Ruang NICU RS Tarakan pada Senin (18/2/2013), pukul 00.08.
"Tidak ada masalah lain di tubuhnya. Hanya bobotnya yang kurang," kata Theryoto kepada Warta Kota, salah satu unit bisnis Tribun Network. Saat pertama kali masuk, Dara sempat dibantu bernafas dengan ventilator. Namun setelah diobservasi dan tak ada masalah pada pernafasannya, alat itu pun dicabut sekitar pukul 10.00.
Selain itu, pihak rumah sakit meletakkan Dara di dalam inkubator, agar suhunya sama seperti saat di kandungan ibunya. Bayi yang bobotnya di bawah normal mesti dikondisikan seperti di dalam kandungan.
Kemudian, denyut jantung Dara dan nafasnya dipantau pada sebuah monitor yang ditempel di dinding. Di dalam Inkubator, Dara tampak ditutupi kain warna putih sampai setengah bagian tubuhnya. Bagian kepalanya terpasang kupluk berwarna putih.
Ada selang yang masuk ke mulutnya, sementara jarum infus terpasang di tangan kirinya. Agar tangan Dara tak bergerak-gerak, tangan Dara dililitkan di atas sebuah papan yang dibungkus kain putih.
Dokter perlu memberikan infus, agar bobot tubuh Dara cepat bertambah. Dari balik Inkubator, Dara terlihat mungil. Kulitnya putih, kepalanya berukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, serta hidungnya agak lebar. Namun, matanya tampak berkantung.
Dara dan saudara kembarnya yang meninggal ini adalah anak pertama dari Pasutri Eliyas Setyo Nugroho (20) dan Annisa (21). Sehari-hari, Eliyas mencari nafkah dengan berdagang sebagai penjual kaus kaki di Pasar Malam.
Garis keturunan kembar ini mengalir di darah keluarga Eliyas, ayah Dara. Sementara Ibunda Dara tak memiliki garis keturunan kembar. Ibunda Eliyas atau nenek Dara, yakni Tumbar (41), juga merupakan anak kembar. Saudara kembar Tumbar, yakni Jinten (41), masih tinggal di kampung halaman mereka di Gondang, Klaten, Jawa Tengah.
Tumbar mengaku gembira lantaran ada anak kembar lagi yang lahir. Apalagi anak kembar itu cucunya sendiri. Namun, sayang kini cucu kembarnya itu tinggal satu. "Mereka ini identik sekali padahal. Sangat mirip, sulit membedakannya," ujar Tumbar.
Lebih lanjut, Tumbar mengatakan, saat cucunya baru lahir, dua jam kemudian dokter di RS Zahira sudah membuat surat rujukan agar lekas mencari rumah sakit yang memiliki ruang NICU dan memiliki fasilitas alat ventilator.
Sebab, tenggorokan Dera tersumbat sehingga butuh dioperasi. Namun untuk menunggu proses operasi, agar bisa bertahan hidup, Dera mesti memakai ventilator. Saat itu, suaminya atau kakek Dera yang bekerja sebagai sopir di sebuah stasiun televisi lekas mencari rumah sakit rujukan, berbekal surat rujukan.
"Suami saya pakai mobil kantor. Ada seorang reporter juga yang ikut di dalam mobil saat itu," kata Tumbar.
Ada delapan rumah sakit yang didatangi. Antara lain RS Pasarrebo, RS Saint Carolus, Jakarta Medical Center, RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, RS Budhi Asih, RS Siaga, RS Harapan Kita, dan RS Pertamina. Semuanya tak menerima dengan alasan ruang NICU sudah penuh pasien.
Siang harinya, sang kakek kembali dengan lemas dan berkata tak satu pun rumah sakit menerima. Sang kakek masih mencari rumah sakit lagi sampai Senin malam, namun akhirnya menyerah. Dera dirawat seadanya diruang rawat dengan nafas tersengal-sengal. Dia pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (16/2/2013), karena nafasnya semakin sulit.
"Kami ditolak hampir 10 rumah sakit, kita sudah kasih surat itu dibilang fasilitasnya tidak ada sudah penuh. Ada juga yang bilang tidak ada bidannya," ujar Eliyas, ayah Dera saat ditemui di kediamannya di Jalan Jatipadang Baru RT 14/6, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Baca juga: