Kerusuhan Tol Jatibening
Jatibening Membara
Jumat (27/7) pagi menjadi neraka bagi warga Bekasi yang melewati Tol Jatibening.

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Jumat (27/7) pagi menjadi neraka bagi warga Bekasi yang melewati Tol Jatibening. Penyebabnya, mulai pukul 01.00, warga yang berada di kawasan bawah jembatan dekat kilometer 08 melakukan aksi mogok di tol.
Mereka marah dengan penutupan akses terminal bayangan di Tol Jatibening oleh PT Jasa Marga. Akibatnya, lalu lintas di bawah jembatan tak bergerak. Aksi itu juga diwarnai pembakaran sebuah mobil pikap operasional milik Jasa Marga.
Pantauan di lapangan menunjukkan, sekitar 500 pengunjuk rasa yang mengamuk memblokade jalan tol untuk memprotes penutupan pagar. Lokasi itu menjadi tempat tak resmi untuk menurunkan penumpang.
Pagar di bawah jembatan itu menjadi sumber nafkah sejumlah tukang ojek dan angkutan umum. Memang akses pagar tersebut bukanlah jalur resmi. Karena sudah lama dibuka, jadi seperti jalur biasa.
Lalu ketika pengelola jalan tol, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, berniat menutup pagar, warga tak terima. Bahkan kawasan tersebut Kamis malam juga sudah didatangi sekelompok organisasi masyarakat yang beniat membubarkan warga.
Dini hari kemarin, tiba-tiba ada sebuah mobil yang akan menutup pagar. Entah karena sopirnya takut, entah panik melihat warga yang berkerumun, mobil itu oleng dan jatuh.
Momen terbakarnya mobil dimanfaatkan warga untuk protes. Awalnya, mereka menutup akses pintu tol Jatibening ke Jakarta. Tak lama, akses dari Jatibening ke Cikampek pun ikut diblokir. Hasilnya, para pengguna jalan tol itu terjebak hingga pukul 08.15.
Tidak hanya jalan tol Bekasi yang macet total, imbas kemacetan juga menjalar hingga ke Jalan Kalimalang, Jakarta Timur, dan jalan tol lingkar luar (JORR).
Berdasarkan informasi yang dilansir TMC Polda Metro Jaya, polisi terpaksa mengalihkan arus lalu lintas ke arah JORR. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, pihak Jasa Marga menutup sendiri ruas jalan tersebut menggunakan pagar besi, tanpa ada sosialisasi sebelumnya baik dengan kepolisian maupun warga. Kemudian pada pukul 05.30, warga yang hendak menggunakan rest area tersebut kaget lantaran akses mereka untuk beraktivitas terhalang pagar besi.
"Warga berkumpul dan terjadi aksi perlawanan, hingga ada aksi pembakaran mobil dan ban bekas," ujar Rikwanto.
Polisi yang menerima informasi tersebut langsung turun ke lapangan meninjau lokasi dan berusaha menenangkan warga. Sekitar 450 personel gabungan dari Polda Metro dan Polres Bekasi Kota ikut diturunkan. Bahkan puluhan personel antihuru- hara Polda juga disiagakan di lokasi.
"Kepolisian kemudian bermusyawarah dengan warga. Sampai akhirnya diambil keputusan membuka pagar besi. Dan saat pembukaan pagar besi, hanya dihadiri oleh polisi dan warga tanpa ada Jasa Marga," ujar Rikwanto.
Setelah negosiasi itu, sekitar pukul 08.15, arus mulai lancar. Pemblokiran pun dibuka. Upaya damai itu didukung oleh Wali Kota Bekasi Rachmat Effendi. Dia meminta Jasa Marga tidak menutup terminal bayangan di Kilometer 8 Tol Jakarta- Cikampek, Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi. Permintaan itu demi meredam kemarahan massa.
Jumat siang, dilakukan perundingan antara perwakilan warga Jatibening dan PT Jasa Marga mengenai penutupan akses naik-turun penumpang di Tol Jatibening KM 08 Bekasi itu.
Perwakilan warga Kelurahan Jatibening, Kota Bekasi, atas nama Marsan, H Doman, Bondan, Gobang, dan Manin, menyepakati perundingan dengan pihak PT Jasa Marga yang diwakili oleh Ir Yudi Krisyunoro MT selaku Kepala Cabang PT Jasa Marga Tol Jakarta-Cikampek dan Ir Raddy R Lukman selaku Kabag Manajemen Lantas PT Jasa Marga.
Perundingan itu menghasilkan tiga butir kesepakatan sementara. Pertama, Jasa Marga untuk sementara tetap membuka akses turun-naik penumpang di Km 08 Tol Jatibening sampai dengan selesainya hasil kajian dari Dinas Perhubungan Kota Bekasi dan Badan Pengatur Jalan Tol. Kedua, PT Jasa Marga akan melakukan penataan jalur khusus bus ke rest area (kantong parkir).
Ketiga, masyarakat Jatibening akan ikut berperan dalam menertibkan jalur khusus bus agar tidak semrawut dan mengganggu kelancaran lalu lintas.
"Yang terpenting bagi kami perwakilan warga adalah tetap dibukanya akses naik- turun penumpang pada titik tersebut karena banyak sekali warga yang tergantung kehidupannya dari akses tersebut," kata Marwan, koordinator warga Jatibening, kemarin.
Entah itu nanti kebijakannya seperti apa. Kalau bisa, nanti jalur untuk naik-turun penumpang dilebarkan dari 7 meter menjadi 10 meter atau lebih. Yang jelas, kepentingan rakyat banyak dulu dapat terpenuhi," katanya lagi.
Pihak PT Jasa Marga, yang diwakili Ir Yudi Krisyunoro MT, mengatakan masih perlu adanya kajian lanjutan soal penataan jalur khusus bus di titik tersebut. "Sekarang kegiatan di sini kan banyak, ada berbagai kegiatan, mulai ojek, penitipan motor, dan warung-warung. Setelah adanya kajian dan ditata ulang, diharapkan kondisi kegiatan ini bisa lebih tertib dari sebelumnya," ujar Yudi. (tribunnews)